Seperti biasa, setiap bepergian dengan pesawat, saya selalu memilih duduk di sisi jendela, sekadar untuk menikmati sepenggal bumi, dan, syukur-syukur bisa memotret. Selain harus mujur dapat cuaca yang baik, memotret di balik jendela pesawat juga perlu keberuntungan sebab tidak semua jendelanya bersih.
Seperti ketika ke Kotabaru, kabupaten di ujung selatan Kalsel, pesawat Fokker 27 milik maskapai Kalstar Trigana Air menyuguhi penumpang dengan jendela yang ukurannya bahkan lebih lapang dibandingkan pesawat lain yang lebih besar. Jarak tempuh yang hanya setengah jam dengan ketinggian jelajah tak lebih dari 10 ribu kaki membuat pemandangan di bawah tampak lebih jelas.
Saya menikmati penerbangan ini. Begitu masuk pesawat langsung mendaratkan kaki di seat sisi jendela, maklum, tidak ada pengaturan nomor kursi dan penumpang dipersilakan memilih sendiri. Menjelang take off saya mengeluarkan kamera saku dan bersiap memotret. Sesuatu yang saya kerjakan hampir di setiap penerbangan.
Sejumlah capture saya abadikan, mulai rumah-rumah penduduk di Kota Banjarbaru, kelok sungai Martapura yang mengular, hingga danau Riam Kanan yang tenang di tengah pegunungan Meratus. Folder sky pic saya semakin banyak saja, sayangnya tak punya cukup waktu untuk mengupload ke Galeri Foto.
Untuk posting kali ini saya membagi foto ketika pesawat hendak mendarat. Kebetulan saya duduk persis di seat yang bersebelahan dengan roda. Agak kaget karena ketika sedang asyik memotret tiba-tiba roda Fokker 27 ini mengeluar dan membuat pesawat sedikit agak terguncang. Pilot mengumumkan sebentar lagi akan mendarat. Bumi tampak semakin mendekat.
Saya memperhatikan roda pesawat di sebelah saya. Terbayanglah betapa banyak penerbangan yang celaka karena tergelincir, dan itu urusannya lebih sering dengan roda. Di sepasang roda itu nyawa dipertaruhkan. Ukurannya tak lebih besar dari ban mobil. Menempel di setonggak besi warna emas yang menyangga tubuh pesawat.
Hingga pesawat akhirnya mendarat dengan selamat, mata saya tak pernah lepas dari roda itu. Memperhatikan bagaimana gesekan yang menimbulkan asap putih ketika roda berjumpa dengan aspal landasan pacu. Membayangkan dengan nakal bagaimana kalau tonggak besi penyangga roda itu patah, dan terjadilah sesuatu.
Syukurlah Tuhan memahami bahwa yang saya bayangkan itu hanya sebuah khayalan.
Biasa itu kadang sebagai petualang harus mempunyai khayalan yang sedikit mengerikan sehingga menjadikan diri kita selalu waspada..