Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Sudahkah Anda Membingkai Waktu?

Posted on 22 Maret 2006

Calon mempelai dan fotografer, sama-sama sibuk mencari angle.

Konon, tak ada momen yang lebih berkesan dalam hidup selain pernikahan. Itulah sebabnya banyak hal istimewa disiapkan untuk menyambut hari bahagia itu. Salah satu yang sekarang menjadi tren adalah foto-foto pre-wedding. Bukan sekadar untuk penghias undangan, tetapi juga semacam upaya membingkai waktu. Kelak, suatu hari di masa depan, foto-foto sebelum nikah itu pastilah berharga sekali.

Setiap tren pasti melahirkan peluang bisnis. Seperti tren mewarnai atau meluruskan rambut memarakkan bisnis salon, maka pre-wedding photography telah menjadi ladang usaha baru. Beberapa kawan fotografer yang sebelumnya seolah teguh memegang prinsip bahwa motret kawinan itu adalah kelas tukang foto keliling, sekarang malah beralih menjadi “fotografer pre-wedding profesional”.

Di banyak tempat malah mulai ramai orang buka usaha one stop service, melayani jasa perkawinan mulai penyelenggara acara (event organizer), katering, foto pre-wedding, desain undangan, mencetak undangan, sampai membagikan undangan. Keluarga kedua mempelai tinggal setor uang, terima beres. Urusan penghulu sampai surat nikah pun akan diurusi. Jangan-jangan kelak mereka akan menawarkan jasa perkawinan ini bahkan sejak urusan mencari jodoh.

Tentu berbeda antara foto kawinan yang memotret mempelai di pelaminan, dengan foto pre-wedding yang lebih mengedepankan kreativitas. Unsur-unsur unik, berbeda, kadang-kadang malah sedikit agak “gila” menjadi syarat utama. Bila tidak, fotonya akan menjadi hambar.

Biasanya fotografer pre-wedding akan memulai kerja dengan mempelajari profil apa dan siapa yang akan menikah. Dari situ akan muncul ide foto seperti apa yang menarik. Seorang kawan pemain sepak bola merancang foto pre-wedding di tiang gawang, dengan puluhan bola menjadi penghias.

Yang paling umum dan sering dijumpai adalah foto dengan lokasi-lokasi alam. Biasanya di sawah atau pantai, dengan asesoris benda-benda kuno atau tua seperti becak dan sepeda ontel. Tetapi karena semakin banyak orang memilih tema serupa, maka ada semacam upaya untuk mencari sesuatu yang berbeda. Belakangan kita bisa jumpai orang memilih lokasi foto pre-wedding di pasar tradisional, di reruntuhan bangunan, di proyek bangunan yang belum jadi, atau juga –ini lebih gila lagi— di tengah-tengah kemacetan jalan raya.

Ketika di Singapura, saya tanpa sengaja menjumpai sepasang kekasih yang tengah menyiapkan foto pre-wedding mereka, di kawasan Arab Street, belakang Masjid Sultan. Kata Fortuna, di Singapura kawasan ini memang salah satu yang favorit untuk foto pre-wedding, selain lokasi romantis seperti di Boat Quay atau Esplanade.

Dalam sesi pemotretan menjelang senja itu, mempelai wanita disuruh berdiri di sebuah kursi kayu sambil memegang seutas tali yang diikatkan di pohon pinang (atau palem, saya lupa). Mempelai pria memegang sebuah layangan. Entah apa maksudnya, karena ingin bertanya pun sungkan juga. Yang pasti, mempelai pria kelihatan kurang sreg dengan skenario pemotretan itu. Wajahnya kusut sekali, nggak ada senyum-senyumnya. Saya sendiri hanya melihat sepintas, dan sambil pura-pura memotret masjid, nyolong dikit memotret aksi mereka.

Begitulah, akal manusia tak akan pernah habis mengeksplorasi ide-ide cemerlang. Saya sendiri sudah menikah 4 tahun lalu dan waktu itu sedikit pun tak terpikir bikin foto pre-wedding. Maklum, nikahnya ala kampung. Hmmm, saya malah sedang menimbang-nimbang untuk bikin foto after-wedding (bener gak sih, istilahnya?) saja, sekadar supaya ada dan menjadi berbeda hehehe…

Bagaimana dengan Anda?

Like & Share

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/zE0ioByYHhs

My Instagram

windede

The Cousins. Remake foto 12 tahun bocah-bocah dgn The Cousins. Remake foto 12 tahun bocah-bocah dgn sebagian sepupu Samarinda...
The Siblings (part 2). Ini remake foto 30 tahun la The Siblings (part 2). Ini remake foto 30 tahun lalu (1992). Panjang umur semuanya...
The Siblings (part 1). Remake foto kami kakak-bera The Siblings (part 1). Remake foto kami kakak-beradik 40 tahun lalu: 1982 (atas) dan 2023 (bawah). Alfatihah utk si kembar Shinta (foto atas, kedua dari kiri) yg telah berpulang lebih dulu.
Yg ini okelah buat avatar... 😇😁 Yg ini okelah buat avatar... 😇😁
Hahaha... Machine learning-nya si AI masih harus b Hahaha... Machine learning-nya si AI masih harus banyak belajar...
Lama gak posting. Sekali posting langsung ikut-iku Lama gak posting. Sekali posting langsung ikut-ikutan trend wkwkwk
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Sesekali, biar punya foto keluarga... 😎 Sesekali, biar punya foto keluarga... 😎
Udah lama gak foto bertiga... #fafiva Udah lama gak foto bertiga... #fafiva
Load More Follow on Instagram

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (2): Sewa Mobilnya Murah, tapi Parkir Mahal dan Susah
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (1): Bebas Pilih Destinasi, Biaya hanya Seperempat Paket Wisata
©2023 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme