Saya sudah tiba di kampung halaman, setelah hampir sepekan keluyuran di negeri orang. Jalan-jalan kali ini lumayan berkesan karena di setiap negara saya berkesempatan diajak keliling orang Indonesia yang tinggal di sana. Hebatnya, mereka saya kenal dari aktivitas nge-blog. Sahabat-sahabat virtual yang menjadi nyata.
Di Singapura saya ketemu Fortuna. Diajak keluyuran ke sana kemari, dari tempat-tempat romantis di pusat kota, tempat makan yang nyaman, sampai taman wisata Sentosa. Dibawa naik turun MRT dan bus kota, mendapat sedikit training bagaimana memahami rute kereta bawah tanah ini termasuk cara membayarnya.
Fortuna adalah seorang wanita energik yang friendly, tinggal di Singapura untuk sekolah dan bisnis fashion. Tulisan-tulisan di blognya juga menarik. Saya bersama Jaya, kawan seperjalanan, begitu surprise karena ketika minum kopi di sebuah kedai Timur Tengah di Arab Street, dia dengan sigap membayar duluan. Wah… sudah diajak jalan-jalan, ditraktir pula. “Anggap saja welcome drink,” katanya.
Meski baru 6 bulan di Singapura, Fortuna lumayan hapal tempat-tempat yang patut dikunjungi, termasuk jalan dan lorong-lorong kecil. Janjian bertemu di Singapura Plaza sungguh tak merepotkan. Fortuna langsung menegur begitu melihat saya. “Windede, yaa?”. Ketika saya tanya, kenapa langsung bisa menebak, dia bilang ingat sketsa wajah saya di windede.com. Hmm… syukurlah, masih mirip hehehe.
Dari Singapura Plaza kami naik MRT menuju Bugis Junction, sekawasan ramai orang berjualan souvenir yang juga biasa disebut Kampung Bugis. Dari sini jalan kaki ke Arab Street dan sempat foto-foto dengan latar belakang Masjid Sultan. Karena sudah sore, kami singgah sebentar di kedai minum kopi. Ngobrol sambil membongkar peta menentukan daerah mana yang hendak dikunjungi.
Boat Quay adalah tujuan berikutnya. Dari Bugis Junction, turun ke stasiun MRT terdekat untuk menuju Boat Quay. Kami tiba di tempat nongkrong ini ketika biru langit mulai redup. Suasana begitu hangat.
Sambil menikmati malam dengan gemerlap warna-warni gedung, kami berjalan kaki menuju patung Marlion yang terkenal itu. Di tempat ini, Fortuna menunjukkan kemampuan memotret yang dahsyat. Saat saya minta tolong difoto, dia memilih framing miring dengan sudut yang sedikit aneh tapi unik. Hasil fotonya pun baik. Eh.. ternyata, dia pernah kursus fotografi di Australia.
Malam itu kami dinner di kawasan Makansutra Esplanade, dengan pilihan ragam makanan yang unik-unik. Dari situ perjalanan masih terus berlanjut ke Mustafa Center dan perkampungan India. Baru balik ke hotel ketika dinihari. Besoknya, jalan-jalan ke Sentosa sebelum akhirnya menuju Changi Airport untuk terbang ke Bangkok.
Malam itu Enda mengajak kami jalan-jalan ke berbagai tempat. Naik angkutan di atas bumi (BTS) dan di bawah tanah (MRT). Menikmati masakan ala Thailand yang super lezat. Dari Enda kami juga memperoleh cukup banyak referensi tempat apa saja yang patut dikunjungi di Bangkok. Termasuk pilihan angkutan yang murah sekaligus nyaman.
Ketika nongkrong di Suan Lum Night Bazaar, berbagai hal jadi tema pembicaraan. Mulai politik dalam negeri, politik Thailand (yang memang lagi panas), sampai soal perkembangan komunitas blog di Indonesia. Diskusi yang menarik.
Salam blogger Indonesia!
sy senang ada pengalaman seperti ini yang di tulis online jadi buat pengetahuan orang lain yang mau berangkat kesana ataupun yg sudah pernah kesana.
thanks for ur sharing experiences.
vera
🙂
jadi iri ….
sEneNgnya anDai bisa ketemu idolA lilis
tapi… rasanya ga mungkin bisa dech…
🙂
*mimik susu coklat anget*
hohohohohoo
potonya ama enda kurang mezra 🙂