Wakil-wakil kita di DPR dan MPR tengah sibuk memperebutkan kursi pimpinan parlemen. Kekuatan politik disusun untuk menentukan siapa yang berhak duduk di “tempat terhormat” itu. Jauh sebelum mereka bekerja untuk rakyat, pemandangan berebut kursi ini sungguh membuat hati kita miris. Politik menyeret pemahaman para wakil rakyat itu, sehingga kita hanya bisa menonton kelakuan mereka bak sebuah opera.

Kursi pimpinan DPR dan MPR memang sangat strategis. Kecuali soal penghasilan yang sudah pasti lumayan, posisi mereka dalam politik juga akan begitu kuat, terutama dalam berhadapan dengan presiden. Sayangnya, semangat memperebutkan kursi itu tidak sebanding dengan semangat memperjuangkan nasib dan hak-hak rakyat. Yang dirasakan rakyat justru kerakusan wakil-wakil mereka itu dalam bagi-bagi kue kekuasaan. Prinsipnya tentu saja kapitalis; kalau bisa dapat bagian kue lebih besar, kenapa harus mengambil porsi yang kecil?
Mabuk kekuasaan itu menggejala bahkan secara bersama-sama. Sehingga rakyat yang ketika kampanye pemilu (kesannya) begitu diurusi, sekarang sudah saatnya untuk dilupakan. Toh, setelah duduk di Senayan, tanpa mikir rakyat pun anggota DPR dan MPR itu sudah sejahtera lahir dan batin. Itulah sebabnya semakin tidak jelas sesungguhnya orang-orang pintar di DPR dan MPR itu mengurusi siapa.
Mereka, para wakil rakyat yang terhormat itu, lebih tepat disebut sebagai benalu. Mereka menempel dan menghisap tubuh pohon republik ini untuk kesejahteraannya sendiri. Terlalu sedikit waktu dan energi yang mereka sisihkan untuk benar-benar mengurusi rakyat. Wong sebelum dilantik saja, justru mereka yang harus diurusi; diinapkan di hotel bintang 5, diberi honor 1 juta sehari, disiapkan antar-jemput dengan standar pejabat setingkat menteri! Bahkan anggota DPR yang punya rumah mewah di Jakarta pun, dapat jatah tidur di hotel bintang 5 itu. Bisakah orang-orang seperti ini, kita amini sebagai orang yang punya rasa peduli kepada rakyat?
Di hotel bintang 5, tempat di mana mereka sementara ini dilayani, yang dilakukan bukanlah berpikir bagaimana hidup rakyat Indonesia menjadi lebih baik. Melainkan bagaimana kursi kekuasaan di parlemen tidak jatuh ke tangan rival politik. Demi itu semua, segala hal harus dilakukan, termasuk kalau perlu dengan praktek jual-beli.
Begitulah. Di tengah macam-macam kekacauan yang menggerogoti Indonesia hari ini, gedung DPR/MPR tetap menjadi ajang pesta ratusan benalu yang tak tahu malu.