Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Mari Siapkan Permintaan Terakhir

Posted on 27 Maret 2005

Lagi-lagi soal kematian. Para terpidana mati biasanya diberi kesempatan mengajukan “Permintaan Terakhir” sebelum ia dieksekusi. Boleh apa saja (yang masuk akal) kecuali permintaan agar eksekusi dibatalkan. Biasanya, selain meminta kesempatan bersembahyang atau ritual lain sesuai agamanya, terpidana mati juga ingin dipertemukan dengan keluarga — sekadar untuk salam perpisahan barangkali.

Dua terpidana mati asal Thailand, Namsong Siriliak dan Saelow Praseart, mengajukan beberapa permintaan. Salah satu permintaan unik diajukan oleh Saelow. Ia meminta, kalau sudah dieksekusi dan mati, mayatnya jangan diseret-seret. Sebab kaki kanannya pernah patah sementara ia ingin tubuhnya dikubur secara utuh. Kalau diseret, dia khawatir mayatnya rusak. Permintaan lain sih biasa-biasa saja, termasuk pesan agar beberapa benda seperti perhiasan dan foto-foto dikirim ke Thailand sebagai “warisan” untuk keluarga yang ditinggalkan.

Dibandingkan misteri kematian yang melingkupi semua manusia, para terpidana mati mungkin termasuk yang “beruntung” sebab mereka tanpa harus menunggu firasat sudah tahu kapan bakal tiada. Tinggal menghitung hari dan berbuat yang terbaik di sisa-sisa kehidupan. Dengan tobat yang tulus dan sungguh-sungguh, boleh jadi para terpidana mati itu justru terlapang jalannya menuju surga — sesuai janji Tuhan menerima tobat manusia.

Di sisa hari menunggu ajal yang hampir pasti, para terpidana mati memperoleh cukup kesempatan untuk merenungi hari-hari yang telah dilewati dalam hidupnya, kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan, juga cita-cita yang belum tercapai. Ketika regu tembak telah memegang senapan, dan butir-butir peluru melesat menuju dada, sang terpidana akan wafat dengan tenang. Beda dengan yang ditembak mati, sang eksekutor tentu saja diselamatkan dari perasaan membunuh. Karena biasanya, dari 10 orang dalam regu tembak, hanya satu senapan berisi peluru sungguhan — sementara sisanya peluru hampa. Dan tidak seorang penembak pun tahu di senapan yang mana peluru sungguhan itu berada.

Kalau terpidana mati bisa menghitung hari menuju kematian, bagaimana dengan manusia-manusia penunggu kematian seperti kita, yang tak pernah tau kapan ajal menjemput? Tentu saja, betapa sulit mengisi formulir permintaan terakhir sementara kita tak pernah tahu kapan kematian itu tiba. Memang, pada beberapa orang, Tuhan sering memberi tanda-tanda. Entah dengan membuat kita sakit atau menghilangkan kesadaran fisik. Namun waktu sering membuat sang calon mayat terlanjur meninggal sebelum sempat mengajukan permintaan terakhir.

Maka, ambillah kertas dan pensil sekarang. Tulis di sana daftar permintaan terakhir yang akan Anda ajukan. Simpan kertas permintaan itu baik-baik, wujudkan semua yang masih bisa dan sempat diwujudkan, kerjakan semua yang masih bisa dan sempat dikerjakan. Ingat, malaikat pencabut nyawa bisa mengeksekusi kita kapan saja — sebab dalam urusan mati, nasib kita memang lebih kurang sama dengan mereka para terpidana mati. Bedanya, mereka tahu kapan bertemu ajal, dan karena itu sempat banyak-banyak bertobat di akhir hidup. Sementara sebagian di antara kita, yang bahkan sudah uzur, masih berkelakuan seolah-olah diberi kesempatan hidup lebih lama lagi.

Like & Share

2 thoughts on “Mari Siapkan Permintaan Terakhir”

  1. Ping-balik: Wolfgang pucks cooking class.
  2. Ping-balik: Cooking tips white rice.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/2vSExaDnOTQ

My Instagram

Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaa Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaaaa
Si bungsu udah macam anak tunggal... Si bungsu udah macam anak tunggal...
Sesi foto tiga generasi... Sesi foto tiga generasi...
Baru terima nih official photos dari graduation du Baru terima nih official photos dari graduation dua pekan yg lalu. Harus diposting dong yak, hahaha...
Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefudd Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc.
Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat, S.Ag., M.H.
Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukur Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukuran badan hehe 😁
Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓 Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Load More Follow on Instagram

My Tweets

    Sorry, no Tweets were found.

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Liburan Tipis-Tipis ke Singapura (2): Semakin Ramah bagi Turis Muslim
  • Liburan Tipis-Tipis ke Singapura (1): Tiket Pesawat Lebih Murah ketimbang Rute Domestik
  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
©2025 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme