Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Biarkan Waktu Bekerja

Posted on 27 November 2006

Afif (kiri) dan Safa di depan rumah. Ternyata mereka sudah besar.

Waktu berlalu. Seperti halnya bumi yang terus berputar, kita pun menua. Sebagian dari kemarin menjadi sejarah. Sebagiannya lagi menguap hilang dan terlupakan. Dalam banyak kesempatan, kita tentu saja melewati semua perjalanan waktu itu apa adanya, tanpa sebuah perenungan mengenai betapa sebenarnya setiap detik yang lewat sedang mengubah banyak hal dalam hidup kita.

Afif lelap dalam tidur, dengan kostum tentara kesukaannya.Saya berhasrat membincangkan “hidup yang berubah” ini, ketika lagi-lagi memotreti dua jagoan saya yang rasanya tiba-tiba saja sudah besar. Lucu juga membayangkan bahwa empat tahun yang lalu mereka bahkan belum ada. Sebuah keajaiban yang sampai hari ini tiada henti saya syukuri.

Belakangan ini tingkah Safa dan Afif memang semakin menggemaskan. Mereka sedang sama-sama belajar bicara. Semakin banyak kosa kata yang dikuasai dan semakin bersemangat pula mereka berlatih merangkai kalimat. Mirip teka-teki silang, tak jarang saya dan istri harus berkerut kening menerjemahkan ucapan yang mereka maksud.

Safa memang hanya lebih tua satu tahun dari Afif. Karena itu perkembangan pertumbuhan mereka nyaris seperti sepasang anak kembar. Apalagi kami tinggal di kompleks perumahan di mana hubungan sosial antar-tetangga bukanlah urusan penting. Setiap orangtua harus memikirkan sendiri perkembangan anak-anaknya. Maka, dunia lebih sering menjadi milik Safa dan Afif berdua.

Mereka diajarkan memanggil saya dengan sebutan Abah. Tetapi demi sebuah kehangatan diajarkan pula merangkai sebutan itu dengan nama saya, sehingga menjadi Abah Win. Belakangan, Afif merasa nyaman dengan hanya memanggil saya Win saja. Dan Safa mulai ikut-ikutan. Saya senang, meskipun secara kultur memang dianggap tidak sopan. Toh, hanya sebuah panggilan.

Safa, selalu penuh gaya bila difoto.Pengalaman membuat saya sadar bahwa pada saatnya kelak, waktu akan merenggut semua kebahagiaan saya dengan anak-anak. Seperti halnya dua orangtua saya yang sekarang hanya bisa bertemu anaknya ini beberapa bulan sekali. Atau banyak orangtua lain yang bahkan selama bertahun-tahun harus memendam kerinduan kepada anak yang pergi jauh dan tak pernah jelas kapan kembali.

Waktu memang membuat segala hal berubah. Kita tak mungkin memiliki, untuk tidak menyebut menguasai, anak-anak kita dalam setiap waktu mereka. Ada saat di mana mereka harus hidup dalam dunianya sendiri, yang tak jarang bahkan tidak sesuai dengan keinginan kita. Sebuah kesadaran yang patut diyakini para orangtua bahwa pada dasarnya setiap manusia, termasuk anak-anak yang mereka lahirkan, adalah individu yang berhak memutuskan sendiri hidupnya.

Maka, biarkan waktu bekerja, mengubah segala hal dalam hidup kita. ***

Like & Share

15 thoughts on “Biarkan Waktu Bekerja”

  1. sahrudin berkata:
    27 November 2006 pukul 16:18

    … “Atau banyak orangtua lain yang bahkan selama bertahun-tahun harus memendam kerinduan kepada anak yang pergi jauh dan tak pernah jelas kapan kembali.”

    [mas, itulah nasib orangtua saya dan saya untuk sekarang ini. hiks…]

    Balas
  2. maya berkata:
    28 November 2006 pukul 10:53

    itu yang rambutnya panjang Safa/Afif mas?..

    lucu yah, pastinya seneng banget bisa mengikuti perkembangan anak dari mulai lahir sampe tumbuh besar 🙂

    Balas
  3. cta berkata:
    28 November 2006 pukul 14:42

    tinggal kita yang menyelaraskan kerja kita dengan kerja waktu.. heuheuehuehueheuheu

    anaknya lucuuuu!!

    Balas
  4. gaussac berkata:
    29 November 2006 pukul 06:22

    wah gaya mendidik anaknya mendobrak adat timur, memanggil ayahnya hanya cukup dengan nama saja….ck.ck.ck… salut

    Balas
  5. andriansah berkata:
    29 November 2006 pukul 09:04

    Itu cowok 2-2nya?
    kok rambutnya panjang sih? saya gak suka kalo liat anak laki cowok rambut panjang, serasa pengen ngegunting langsung deh “)

    Balas
  6. cynthia berkata:
    29 November 2006 pukul 17:36

    hai, saya Cynthia tenggara, mahasiswi universitas pelita harapan, lagi buat skripsi tentang Tiara Lestari dan butuh banget reponden buat ngisi questionnaire, kamu mau gak jadi responden saya? Saya butuh banget bantuannya, pleaseeeeeeeeeeeeeeeeeeee,,, kalau mau, kirim imel ke jeloia@yahoo.com ya,, jadi saya bisa kirim questionairenya ke imel kamu, thankssss…

    Balas
  7. putri berkata:
    29 November 2006 pukul 19:52

    “termasuk anak-anak yang mereka lahirkan, adalah individu yang berhak memutuskan sendiri hidupnya.”

    Namun perlu disadari.. ada saatnya mereka belum tahu, belum bisa, belum mengerti untuk memutuskan sesuatu yang paling tepat untuk/ tentang hidupnya… itulah fungsi orang tua mengarahkan bukan membiarkan mereka memutuskan sendiri 😀 It’s my opinion 😉

    Balas
  8. devie berkata:
    30 November 2006 pukul 09:36

    hidup terasa cepat, kata orang itu karena kita bahagia. hal yang nikmat dan menyenangkan selalu sebentar to?

    BTW kalo anak kecil pake baju tentara gitu ndak ada yang ngira tentara gadungan ya? kalo saya yang pake gituan di mall bisa ditangkap provost ntar. 😀

    Balas
  9. -f berkata:
    1 Desember 2006 pukul 11:03

    jagoannya lucu2 win.
    yg rambut panjang safa, satunya lagi afif!
    iya kan win?

    Balas
  10. Dino berkata:
    1 Desember 2006 pukul 12:58

    Bapak modern nih ceritanya. Besok kalo udah punya anak pingin jadi modern juga ah..

    Balas
  11. phie2t berkata:
    1 Desember 2006 pukul 13:15

    safa itu yg rambutnya gondrong yak? he3x kek ce yak? eh ap emang ce? :p

    btw, yg lebih mirip ma om yg mana nih? afif ap safa?

    Balas
  12. unai berkata:
    2 Desember 2006 pukul 13:17

    anak anak yang lucu…perkembangannya pesat, kadang kita sendiri kwalahan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
    Anak-anak yang lucu..sampai kapan kita bersama sama saling berbagi bahagia. Ah hanya waktu saja yang bisa menjawabnya

    Balas
  13. ali mustofa berkata:
    5 Desember 2006 pukul 15:22

    Dunia anak adalah dunia yang unik, kadang kita menganggapnya mereka hanya bermain pada hal bermain itu bagi mereka adalah belajar. Sering orang tua salah mengerti tentang kegiatan anak sehingga suka marah-marah. Bung Dede masih di radar banjar ya ?

    Balas
  14. suluh berkata:
    18 Desember 2006 pukul 12:10

    salut buat om win, jaman sekarang kadang masih ada orang tua yg menggangap dirinya selalu benar dan anak harus nurut. bahkan sampe anaknya udah gede (17th)
    perlu di tiru nich…..heh…..heh…..heh…..
    ” save our child”

    Balas
  15. azmi berkata:
    4 September 2008 pukul 12:14

    saya suke jugak tengok budak budak tu. comel wak.. tapi menurt sye tak elok mereka pangil org tue dgn sbbtn name. dekat ounkampong yong, kurang ajar name nye tu…apepon teserah wak lah nak sebut apepon wak punye pasal..

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/2vSExaDnOTQ

My Instagram

Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaa Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaaaa
Si bungsu udah macam anak tunggal... Si bungsu udah macam anak tunggal...
Sesi foto tiga generasi... Sesi foto tiga generasi...
Baru terima nih official photos dari graduation du Baru terima nih official photos dari graduation dua pekan yg lalu. Harus diposting dong yak, hahaha...
Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefudd Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc.
Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat, S.Ag., M.H.
Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukur Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukuran badan hehe 😁
Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓 Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Load More Follow on Instagram

My Tweets

    Sorry, no Tweets were found.

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Liburan Tipis-Tipis ke Singapura (2): Semakin Ramah bagi Turis Muslim
  • Liburan Tipis-Tipis ke Singapura (1): Tiket Pesawat Lebih Murah ketimbang Rute Domestik
  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
©2025 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme