Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Menangkal Terorisme dengan Memblokir Telegram, Emang Bisa?

Posted on 16 Juli 2017

TELEGRAM, yang resmi diblokir Pemerintah Republik Indonesia per hari Jumat 14 Juli 2017, baru saja melakukan pembaruan (update app) beberapa hari sebelum kena blokir. Selain menyediakan fasilitas supergroups yang bisa menampung 10.000 members dalam satu grup chat (bandingkan dgn grup WA yang maksimum hanya 256 members), aplikasi berbagi pesan ini juga meningkatkan level keamanan bagi pengguna, dengan sistem enkripsi yang dijamin anti-sadap sekaligus anti-sensor.

Telegram juga menambahkan sejumlah kewenangan tambahan bagi admin grup, sehingga admin dapat “menghukum” anggota grup yang rese dan menggangguu (suka broadcast nggak jelas misalnya) menjadi hanya bisa membaca (read-only mode) tanpa bisa mengirim pesan ke grup.

Platform bikinan kakak beradik Pavel Durov dan Nikolai Durov dari Rusia ini, diluncurkan pada 2013. Pavel menjadi pemodal dan mengurus infrastruktur, sedangkan Nikolai menciptakan protokol dasar layanan.

Telegram banyak dimanfaatkan orang dengan kebutuhan grup chat yang powerful; jaringan bisnis, grup kantor, belajar online dsb. Salah satu yang membuatnya favorit, selain level keamanan yang disebut paling baik dibandingkan messaging platforms lain, juga karena kemampuan file sharing dengan ukuran jumbo.

Ini kemudian menjadi app populer di berbagai belahan dunia, termasuk di kalangan kelompok-kelompok “bawah tanah” entah teroris atau jaringan pengedar narkoba, yang hendak berdiskusi dengan mudah sekaligus aman.

Tak mau “kecolongan”, pemerintah Indonesia pun memblokirnya. Keputusan blunder dan kelewat ndeso karena seperti biasa, yang ditutup sebenarnya cuma jalur akses ke server Telegram, melalui perusahaan jasa internet (ISP). Ya harap maklum, memang nggak mampu memblokir yang lain, hahaha…

 

Siaran Pers No. 84/HM/KOMINFO/07/2017 tentang Pemutusan Akses Aplikasi Telegram https://t.co/kRYmiLOteT

— Kementerian Kominfo (@kemkominfo) July 14, 2017

 

Pavel Durov sendiri beberapa kali mengakui bahwa layanan Telegram memang sering digunakan jaringan teroris untuk berdiskusi. Ia tak membantah. “Kalau kalian memperhatikan, benar ada perang di Timur Tengah. Di sana terjadi rentetan kisah pilu. Tapi pada akhirnya ISIS akan selalu menemukan cara berkomunikasi,” kata Pavel, seperti dikutip CNN.

Meski begitu Pavel berargumen bahwa privasi lebih penting dari kegelisahan akan terorisme. Apalagi tanpa ada Telegram pun teroris tetap punya banyak cara berkomunikasi. Ia menyebut pihaknya selama ini tidaklah tinggal diam. Mereka juga aktif memblokir akun-akun yang terindikasi berafiliasi dengan ISIS. Dalam sebuah rilis, Telegram menyebut pihaknya telah memblokir 78 kanal dalam 12 bahasa yang terdeteksi berisi hal-hal terkait ISIS, pada 2015.

Itu sebabnya Pavel tetap bersikukuh bahwa privasi dan keamanan adalah prioritas. Untuk itu mereka menambah terus kemampuan enkripsi end-to-end Telegram sehingga platform ini diklaim benar-benar anti-sensor.

 

Telegram 4.1 features 10K max group size, powerful tools for group/channel admins and ways to bypass censorship https://t.co/IitoW0QC2y

— Pavel Durov (@durov) June 30, 2017

 

Mengenai pemblokiran oleh Pemerintah RI, Pavel Durov menyebut pihaknya samasekali belum pernah dihubungi. Team Telegram sedang menelusuri masalah di Indonesia dan segera memberikan pengumuman dalam waktu dekat.

 

That's strange, we have never received any requests/complaints from the Indonesian government. We'll investigate and make an announcement.

— Pavel Durov (@durov) July 14, 2017

 

Begitulah. Hal-hal baik dan hal-hal buruk sudah ada di dunia bahkan sebelum internet ada. Media sosial seperti dua mata pisau, bisa untuk kejahatan tetapi juga lebih banyak faedahnya bagi kebaikan. Memblokir platform media sosial seperti Telegram tidak menyelesaikan masalah. Emangnya kalau Telegram diblokir, kelompok teroris nggak bisa berkomunikasi lagi? Kayak nggak ada platform lain.

Bahkan orang-orang di Kominfo juga tau kalo sebenarnya semua situs yang selama ini sudah diblokir pemerintah masih dapat ditembus dengan begitu mudahnya. Banyak cara. Kata seorang netizen: “jangan-jangan orang Kominfo ada main sama mafia VPN premium nih. Hahaha…”

Ya, VPN. Virtual Private Network. Sebuah koneksi private yang membuat pengguna bisa mengakses jaringan tanpa terdeteksi, termasuk oleh mesin pemblokir jalur. Tak perlu ahli IT. Urusan begini anak-anak abege yang lagi doyan-doyannya nonton bokep juga tau. :p

Like & Share

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/2vSExaDnOTQ

My Instagram

Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaa Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaaaa
Si bungsu udah macam anak tunggal... Si bungsu udah macam anak tunggal...
Sesi foto tiga generasi... Sesi foto tiga generasi...
Baru terima nih official photos dari graduation du Baru terima nih official photos dari graduation dua pekan yg lalu. Harus diposting dong yak, hahaha...
Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefudd Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc.
Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat, S.Ag., M.H.
Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukur Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukuran badan hehe 😁
Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓 Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Load More Follow on Instagram

My Tweets

    Sorry, no Tweets were found.

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Liburan Tipis-Tipis ke Singapura (2): Semakin Ramah bagi Turis Muslim
  • Liburan Tipis-Tipis ke Singapura (1): Tiket Pesawat Lebih Murah ketimbang Rute Domestik
  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
©2025 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme