Di luar rencana, saat sedang di Kamboja tiba-tiba saja kepingin nonton tim nasional sepak bola Indonesia yang berlaga di Final Piala AFF di Bangkok, Thailand. Keputusan cepat hanya beberapa jam sebelum jadwal pertandingan.
BAGIAN paling menarik saat ngetrip ke kawasan Indochina, adalah jarak yang berdekatan dan saling berbatasan darat antara negara satu dengan lainnya. Bila punya cukup waktu, semua bisa diakses dengan angkutan umum atau public bus. Dari Delta Mekong di Saigon (Ho Chi Minh City) Vietnam, naik ke Phnom Penh di Kamboja, bergeser ke kota kuno Angkor di Siem Reap, bergerak lagi ke kota-kota eksotik di Thailand, lalu menjelajah Laos dan Burma (Myanmar).
Pada trip singkat kali ini, rencana sejak semula sebenarnya hanya menikmati weekend di Phnom Penh. Itu sebabnya tiket pesawat pun sudah pesan rute Jakarta – Phnom Penh pergi pulang. Tetapi sesampai di Kamboja, ada keinginan mampir Siem Reap, provinsi di sebelah utara negara itu, untuk melihat Angkor Wat. Pilihan paling menarik sewa mobil, sekalian menjajal jalur darat.
“Ada dua alternatif, mau pakai Toyota Highlander, biayanya 160 dolar, atau Toyota Camry, 140 dolar. Ditambah tip untuk sopir 20 dolar saja,” kata Khoy, resepsionis di Secret Villa Hotel Phnom Penh, menawarkan mobil sewaan ke Siem Reap.
Pilihan jatuh pada Toyota Highlander, mobil kelas SUV mid-size 2700 cc. Cukup nyaman untuk perjalanan Phnom Penh – Siem Reap yang akan menempuh waktu one way minimal 5 jam. Direncanakan berangkat Sabtu (17/12) pukul 5 pagi, supaya bisa tiba di Siem Reap sebelum tengah hari. Ada cukup waktu mengeksplorasi Angkor Wat 2-3 jam, lalu balik ke Phnom Penh lagi.
“Ke Siem Reap pulang hari? Anda gila! Kenapa tidak menginap, atau naik pesawat…” kata Ratana, pengemudi tuk-tuk yang mengantar keliling kota Phnom Penh.
Dasar traveler galau, akhirnya coba-coba cek tiket domestik, memang ada penerbangan reguler Phnom Penh – Siem Reap. Maskapainya Bayon Airlines, menggunakan pesawat MA60 buatan Xian Aircraft China. Jadwalnya Sabtu itu pergi pukul 12 siang, pulang pukul 5 sore. Durasi terbang hanya 40 menit. Dengan jarak dari bandara ke Angkor Wat yang hanya 3 km, sangat dekat, jadwal penerbangan ini sangat sempurna menggantikan trip darat yang pasti akan sangat melelahkan.
Akhirnya reservasi Toyota Highlander pun dibatalkan, dengan konsekuensi membayar cancelation fee USD 25. Adapun tiket Bayon Airlines langsung dipesan via situs mytrip.com dengan harga sedikit lebih mahal dari biaya sewa mobil.
Sabtu pagi pada hari H, saat sarapan di hotel, rencana tiba-tiba berubah lagi. Penyebabnya, buka-buka medsos, dan netizen sedang sangat ramai membicarakan rencana laga Final Piala AFF di Stadion Rajamangala Bangkok, Sabtu malam (17/12). Wah, waktunya pas sekali. “Seandainya kita bisa mlipir ke Bangkok ya,” kata Dewa Pahuluan, rekan dari Kalsel, travel-mate saya dalam trip ini.
Gimana caranya? Ubah rute? Setelah browsing sana-sini, akhirnya ketemu solusi. Kami tetap akan terbang ke Siem Reap. Tapi dari Siem Reap kami geser rute terbang ke Bangkok. Ada pesawat AirAsia dari Siem Reap ke Bangkok, pukul 16.10. Durasi terbang 50 menit saja. Itu artinya akan tiba di Negeri Gajah Putih pukul 17.00. Ada spare waktu 2 jam sebelum pertandingan dimulai pukul 19.00. Cukuplah ini.
“Tapi ke mana cari tiket masuk stadion? Masih ada yang jual kah?” kata Dewa lagi.
Saya cek situs lokal Thailand penyedia tiket online, ternyata sudah sold out. Tak ada lagi tiket dijual. Apakah di Thailand ada jasa calo seperti di Indonesia? Belum tentu. Kami sama-sama tidak yakin.
Di tengah kebingungan antara segera memesan penerbangan Siem Reap – Bangkok dan mencari tiket nonton final itu, saya tiba-tiba teringat Yunus Nusi, kawan lama sesama HMI di Samarinda pada akhir tahun 90-an dulu. Dia sekarang menjadi anggota Exco PSSI, dan dari status Facebook-nya, saya tahu dia sedang berada di Bangkok untuk mendampingi Timnas Indonesia.
“Siyaaap…. Aku usahakan. Segera…,” kata Yunus, menjawab pesan WhatsApp saya pagi itu.
Kurang dari 10 menit, Yunus Nusi sudah kirim WhatsApp lagi, isinya capture dua lembar tiket Final Piala AFF di Stadion Rajamangala Bangkok. “Beres Wal, sudah aman dua tiket. Nanti kita ketemu di stadion. Aku jam 5 stand by di Rajamangala,” kata Yunus, yang juga ketua Asprov PSSI Kaltim.
Setelah dapat kepastian dapat tiket final AFF ini, penerbangan ke Bangkok pun dipesan. Tentu saja dengan mengorbankan tiket pulang Bayon Airlines dari Siem Reap ke Phnom Penh, yang hangus tak bisa refund. Kami juga harus keluar bujet ekstra penginapan semalam di hotel dekat Bandara Don Mueang Bangkok, sebab keesokan harinya harus balik ke Phnom Penh lagi pagi-pagi sebelum terbang pulang ke Jakarta.
Perjalanan ke Siem Reap lancar. Kunjungan supersingkat ke Angkor Wat selesai kurang dari 2 jam. Semangat menyaksikan langsung timnas PSSI berlaga di final AFF pun menggebu-gebu. Hingga saat tiba di Don Mueang, kami dihadapkan pada kenyataan yang langsung bikin lemas; padatnya antrean di imigrasi.
Semula kami mengira ini tidak akan lama, karena memang ada beberapa penerbangan yang tiba bersamaan, sehingga jumlah penumpang menumpuk di imigrasi. Tapi, ketika jam sudah menunjukkan pukul 18.00 dan kami masih berdiri di antrean imigrasi, hati mulai gundah. Ah, Bangkok, kota ini juga terkenal macet parah pada pagi dan sore hari. Jarak dari Bandara Don Mueang ke Stadion Rajamangala 29 kilometer. Benar saja, saat saya cek laporan traffic dari Google Map, rutenya sudah macet di mana-mana.
“Kalau perlu naik ojek,” kata Yunus Nusi, menyemangati. Dia minta dikabari bila kami sudah tiba di stadion, sebab posisinya sudah berada di dalam, sedangkan tiket masuk untuk kami masih dia yang pegang.
Beres di imigrasi, kami akhirnya meninggalkan Don Moeang tepat pukul 18.30 menggunakan taksi. Setengah jam lagi pertandingan dimulai. “Cari jalan tersingkat dan tercepat yang bisa mengantarkan kami ke Rajamangala,” kata saya, ketika sopir taksi bertanya tujuan kami.
Nasib baik. Sopir taksi memilih lewat highway, jalan tol, karena meskipun rutenya sedikit memutar, tapi menurutnya lebih lancar. Dalam waktu 40 menit kami sudah tiba di Stadion Rajamangala. Saya kontak Yunus, kami janjian ketemu di depan pintu W2. Tetapi, tanpa tiket di tangan kami hanya bisa sampai check point di main gate, pintu utama. Yunus harus mengalah mendatangi kami ke pintu utama, membawakan tiket masuk. “Mungkin ini golnya nunggu kalian datang. Masih kosong-kosong ini,” kata Yunus Nusi.
Kami akhirnya duduk di zona W2 Stadion Rajamangala, menyaksikan Timnas Indonesia berlaga, tepat ketika pertandingan sudah berlangsung 30 menit. Hanya 7 menit setelah kami duduk itu, seisi stadion bergemuruh karena tim Thailand berhasil membobol gawang Indonesia. Gol pertama yang disusul gol kedua (penalti) dan akhirnya menjadikan Thailand juara.
“Menang atau kalah, kita tetap bangga dengan Timnas Indonesia,” kata Yunus Nusi, usai pertandingan yang mengandaskan mimpi Indonesia menjadi juara AFF 2016 itu.
“Lebih bangga lagi karena bisa ketemu kawal lawas (teman lama), jauh-jauh di Bangkok sini,” kata saya, sembari merangkul Yunus dan menyampaikan terima kasih. (windede@prokal.co)