Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Surga Buatan Bernama Elysium

Posted on 25 Agustus 2013
Ilustrasi Elysium

TAHUN 2154. Bumi semakin tua dan sekarat. Jumlah populasi manusia yang terus meningkat membuat kehidupan di planet ini tak lagi nyaman. Perebutan sumber air dan makanan, penguasaan akses kesehatan dan tempat tinggal, membuat perang berkobar di mana-mana.

Bumi menjadi neraka bagi mereka yang miskin. Hanya orang-orang super-kaya yang mendapat privilege hidup nyaman berkecukupan. Itupun bukan lagi di bumi. Tapi jauh “di atas” sana, di sebuah tempat bernama Elysium.

Itulah tempat di mana sebuah habitat dibangun dalam wahana antariksa, berbentuk cincin dengan lima tiang menopang diameternya, “melayang” bebas di luar atmosfer bumi dengan mekanisme biologis dan ekosistem menyerupai apa yang ada di bumi. Udara bersih, air bersih, pepohonan hijau, permukiman sehat dan aman, teknologi ultra-modern dengan fasilitas kesehatan canggih yang membuat penghuninya berumur panjang dalam keadaan awet muda dan bebas penyakit.

Di Elysium, setengah dari surga telah dibangun…

Dari permukaan bumi yang berantakan, surga Elysium di atas sana itu tampak bersinar seperti donat bercahaya pada malam hari. Samar keperakan serupa warna pucat bulan pada siang hari. Lingkaran raksasa itu berputar pada porosnya dalam rotasi yang mekanis, demi menjaga semua isinya stabil terikat gravitasi buatan. Penghuni bumi melihat betapa indahnya tempat itu. Hanya bisa melihat.

Cerita kecanggihan Elysium bukannya membuat penduduk yang tertinggal di bumi berdiam diri. Mereka mencari akal untuk bisa ikut hijrah ke sana. Kapsul-kapsul penerbangan luar angkasa dan jasa pembuatan identitas palsu menjadi sedikit harapan untuk bisa menyelundup. Tetapi banyak yang mencoba terbang “ke atas” akhirnya tak kembali, sebab sudah dimusnahkan sebelum sampai menyentuh atmosfer Elysium. Kalaupun akhirnya ada yang berhasil menembus, langsung ditangkap dan dideportasi. Dikembalikan lagi ke bumi.

Begitulah, sutradara Neill Blomkamp menggarap film fiksi ilmiah berjudul Elysium ini dengan sangat baik. Jauh di atas ekspektasi siapapun yang tahu reputasi pria asal Afrika Selatan itu menggetarkan Hollywood tahun 2009 lalu, dengan perolehan box office 210 juta dolar dari film Distric 9 yang berbujet produksi 30 juta dolar.

Cover film Elysium
Cover film Elysium

Meski bergenre fiksi ilmiah, Elysium sesungguhnya memotret kesenjangan sosial penghuni bumi yang bahkan sudah bisa dirasakan saat ini. Bagaimana orang-orang kaya dan super-kaya punya akses maksimal pada fasilitas kesehatan dan kehidupan yang nyaman, jauh di atas apa yang dapat diperoleh orang-orang miskin. Terbayangkah satu setengah abad ke depan? Apa yang akan terjadi?

Di tahun 2154 itulah, Blomkamp menggambarkan dengan sangat baik bagaimana Elysium menjadi jalan keluar bagi habitat bumi yang semakin rusak. Visualisasi wahana luar angkasa yang nyaman ditinggali bertolak belakang dengan kehidupan bumi yang penuh polusi dan radiasi mematikan.

Adalah Max da Costa (diperankan Matt Damon), salah seorang penduduk bumi yang berantakan itu, yang kemudian menjadi pahlawan penyelamat sehingga Elysium bisa terbuka dan dihuni semua orang. Max sendiri tidaklah sengaja hendak menjadi hero. Akibat sebuah kecelakaan di pabrik robot tempat dia bekerja sekeluar dari penjara, Max terkena radiasi mematikan, sehingga umurnya divonis tinggal 5 hari lagi. Tidak ada jalan lain untuk selamat. Dia harus pergi ke Elysium sebab di sana ada alat canggih yang bisa menyembuhkan penyakit apapun hanya dengan di-scan beberapa detik.

Petualangan pun dimulai. Dalam sisa tenaga karena dampak radiasi itu, Max menjumpai kawan lamanya, Spider (Wagner Moura) yang memiliki akses menyelundup ke Elysium karena keahliannya meretas teknologi wahana super itu. Skenario menguasai Elysium dimulai dengan membajak John Carlyle (William Fichtner), CEO perusahaan elektronik yang membangun teknologi Elysium. Kebetulan, Carlyle sedang berkunjung ke bumi karena diminta oleh Menteri Pertahanan Elysium, Jessica Delacourt (Jodie Foster) untuk memperbaiki Elysium dengan melakukan penginstalan ulang program. Reinstall ini juga bagian skenario Delacourt menguasai Elysium dengan mengkudeta Presiden Patel.

Semua data untuk penginstalan ulang itu tertanam di dalam otak John Carlyle. Maka tugas Max adalah merelakan otaknya menjadi media penyimpan proses pindah data itu. Layaknya logika komputer yang kita kenal saat ini, Spider dengan kemampuannya meretas, berhasil mengunduh isi kepala Carlyle dan memindahkannya ke kepala Max sebelum Carlyle akhirnya mati terbunuh. Tentu saja proses itu tidak mudah. Mereka harus berhadapan dengan Kruger (Sharlto Copley), tentara bayaran yang ditugaskan Delacourt melawan siapapun yang mengganggu kepentingan Elysium di bumi.

Petualangan diwarnai pula dengan kehadiran teman masa kecil Max, wanita cantik Frey Santiago (Alice Braga) yang menjadi perawat dan memiliki anak perempuan menderita leukimia akut. Frey berkepentingan dengan Elysium karena ingin menyembuhkan leukimia anaknya itu di sana. Dulu, di masa kecil mereka, Frey dan Max pernah sama-sama berjanji bahwa mereka akan pergi ke Elysium bersama-sama, entah bagaimana caranya, untuk mendapat kehidupan yang lebih baik – dan itu akhirnya terwujud meski di akhir cerita Max harus berkorban menjadi martir untuk Elysium yang terbuka bagi semua orang.

Suasana hunian manusia di Elysium
Suasana hunian manusia di Elysium

Seperti film-film fiksi ilmiah lain, Elysium tentu saja dipenuhi sejumlah hal yang di luar logika, setidaknya logika peradaban kita masa sekarang. Misalnya, alat penyembuh canggih yang bisa merekondisi tubuh Kruger yang hancur akibat ledakan granat di dalam pesawat sebelum pendaratan ke Elysium, sehingga Kruger kembali sehat 100 persen. Tetapi logika-logika masa depan itu dibangun dengan visualisasi yang semeyakinkan mungkin, sehingga penonton akan dibuat larut dalam keadaan seolah-olah visualisasi itu benar dan nyata.

Blomkamp sukses menghipnotis penonton hingga masuk ke dalam suasana tahun 2154 yang siapapun belum bisa membayangkannya; bagaimana bumi yang awut-awutan akibat keserakahan manusia, dan Elysium yang damai seperti gambaran surga di kitab-kitab suci.

Saya bersyukur memilih film ini untuk tontonan midnite bersama istri di akhir pekan semalam.

Dan ternyata, bukan hanya terhipnotis sodara-sodara. Film ini juga sukses membuat saya akhirnya menulis catatan ini, dan membangkitkan kembali blog yang sudah 5 tahun mati suri… hahaha…

Salam dari Elysium… Eh, dari bumi…

Yang mau lihat cuplikan filmnya, sila klik Trailer Film Elysium…

[tube]http://www.youtube.com/watch?v=QILNSgou5BY[/tube]

Like & Share

4 thoughts on “Surga Buatan Bernama Elysium”

  1. Icahbanjarmasin berkata:
    3 September 2013 pukul 08:55

    Mau juga nantinya nonton ini film bang…hee

    Balas
  2. Totot berkata:
    10 September 2013 pukul 11:29

    Alhamdulillah, akhirnya film yang menggerakkan hati dan tangan sodara. Semoga dosa-dosa sodara sebelumnya diampuni… 🙂

    Balas
  3. windede berkata:
    10 September 2013 pukul 14:57

    Hahaha… Pakde… anggap saja blogger insyaf baru dapat hidayah…

    Balas
  4. hanari berkata:
    22 September 2013 pukul 16:51

    andaikan ada betulan,,warga bumi akan berperang berebut kesana

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/2vSExaDnOTQ

My Instagram

Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaa Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaaaa
Si bungsu udah macam anak tunggal... Si bungsu udah macam anak tunggal...
Sesi foto tiga generasi... Sesi foto tiga generasi...
Baru terima nih official photos dari graduation du Baru terima nih official photos dari graduation dua pekan yg lalu. Harus diposting dong yak, hahaha...
Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefudd Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc.
Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat, S.Ag., M.H.
Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukur Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukuran badan hehe 😁
Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓 Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Load More Follow on Instagram

My Tweets

    Sorry, no Tweets were found.

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Liburan Tipis-Tipis ke Singapura (2): Semakin Ramah bagi Turis Muslim
  • Liburan Tipis-Tipis ke Singapura (1): Tiket Pesawat Lebih Murah ketimbang Rute Domestik
  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
©2025 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme