Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Menyepi di Tengah Hiruk-pikuk

Posted on 24 Oktober 2008

KOK menghilang, ke mana saja? Seorang kawan, tiba-tiba, mengingatkan saya betapa sudah cukup lama blog ini tak tersentuh. Sesekali masih saya kunjungi, tetapi lebih sering tidak. Sibuk? Mungkin iya. Lebih tepatnya sok sibuk.

Beberapa waktu belakangan saya memang larut dalam pekerjaan baru di Jakarta, lantas setiap lepas semua urusan pekerjaan itu, menghabiskan waktu di rumah saja bersama keluarga. Selama Ramadan lalu saja nyaris sebulan penuh berbuka puasa bersama keluarga. Seingat saya hanya dua kali buka puasa di luar, itupun untuk sebuah undangan yang tak mungkin tak dihadiri. Selebihnya, saya benar-benar jadi orang rumahan.

Mestinya, dengan lebih banyak ngendon di rumah justru membuat aktivitas menulis di blog jadi lebih produktif. Tetapi entah kenapa itu tak terjadi. Selain membaca buku (duh, rasanya akhir-akhir ini puas sekali baca buku tiap hari), waktu memang dihabiskan untuk bercengkerama bersama istri dan anak-anak. Dan, tidur tentu saja hehehe. Padahal koneksi internet tersedia 24 jam. Di kantor, di rumah, juga di jalan. Mungkin ini yang disebut sindrom kemalasan. Untuk tak menyebutnya sebagai bosan.

Bosan ngeblog? Ah mestinya sih tak boleh terjadi. Tapi siapapun yang berurusan dengan makhluk bernama blog pasti pernah masuk dalam siklus kemalasan itu. Saya saja sudah merasakannya berkali-kali. Kelewat sering malah.

Memang ada sesuatu yang hilang. Karena sebulan lebih tidak menulis, otak jadi rada buntu juga hahaha. Makanya, posting kali ini biarlah yang ringan-ringan saja. Mungkin tentang anak-anak saya yang sekarang tumbuh besar dan semakin asyik dengan dunianya.

Safa, si sulung, makin cerdas saja. Sudah pandai membaca dan berhitung. Juga menggambar, dan tentu saja main games. Sayang umurnya yang baru 5 tahun pada periode ajaran baru lalu membuat dia ditolak masuk SD. Rambut Safa baru saja dipotong pendek, setelah 5 tahun dibiarkan gondrong. Lucu juga karena terbiasa melihat dia berambut panjang.

Afif, anak saya yang nomor dua, tak kalah pandai. Membaca dan behitungnya semakin lancar. Juga mengaji. Afif sudah Iqro 3 dan Safa sudah Iqro 4. Si ganteng ini gemar sekali menyanyi. Mamanya bilang mungkin bakat artis abahnya yang tak kesampaian menurun ke dia hahaha. Syukurlah kalau begitu, karena bakat si abah sebenarnya masih dan terus ada, hanya tak tersalur saja.

Si bungsu, Alva, sudah 11 bulan sekarang. Sebentar lagi ultah pertama. Giginya sudah 5, mulai belajar jalan dan ngocehnya bikin rumah tak pernah sepi. Kalau sudah main, dua abangnya jadi bulan-bulanan, dan, hebatnya, si abang mau saja. Seolah mengerti bahwa Alva masih bayi.

Bayangkanlah sekarang. Betapa ramai rumah kami. Tiga jagoan itu sungguh membuat hiruk-pikuk Jakarta tak menggoda saya untuk sering-sering keluar rumah. Apalagi, karena belum cukup sering beredar di jagat pergaulan orang kota, saya memang belum punya banyak kawan di metropolitan ini. Beda sekali dengan kehidupan saat di Banjarmasin atau Balikpapan, di mana tiada hari tanpa gaul dengan kawan-kawan. Lucunya, sekarang saya lebih sering keluar rumah justru kalau kawan-kawan dari Banjarmasin atau Balikpapan itu berkunjung ke Jakarta.

Selebihnya, hanya menikmati obrolan dengan blogger yang saya kenal. Sesekali ketemu pakde, paman, atau babeh. Itu pun belum tentu sebulan sekali, karena orang-orang yang saya sebut itu juga bukan sembarang orang yang bisa diajak nongkrong sewaktu-waktu. Harus atur waktu agar dapat jatah ketemu di tengah kesibukan mereka yang bejibun itu.

Yeah, hidup memang tidak selalu harus hiruk-pikuk, bukan?

Like & Share

9 thoughts on “Menyepi di Tengah Hiruk-pikuk”

  1. ogi fajar nuzuli berkata:
    6 November 2008 pukul 22:36

    Hampir sama bos kondisinya…. sekarang ane sudah jarang nongkrong di luar rumah, dan agak malas ngisi blog, jadi paling-paling ngeliatin blog-blognya orang.

    Paling-paling kalo ada yang nyentil agak keras baru ane ngisi blog….. benar mungkin sindrom malas sekarang sedang menular kemana-mana…he..he..

    Balas
  2. caknun berkata:
    11 November 2008 pukul 16:50

    Jakarta membuat orang gampang berubah dan harus berubah. kalau tidak, akan digilas perubahan yang berjalan sangat cepat. Berubah jadi lebih dekat dengan keluarga adalah kenikmatan yang luar biasa. Sesuatu yang sangat mahal. Tapi nulisnya jangan berhenti dong. Kalau wartawan tidak lagi menulis, apa dong namanya ?

    Balas
  3. Ersis Warmansyah Abbas berkata:
    17 November 2008 pukul 06:37

    Ya ya, membaca, menikmati hidupn, dan … ntar semua itu ditulis; bagus aja kale bos.

    Balas
  4. subakhi berkata:
    25 November 2008 pukul 21:47

    lebih sebulan aku ndk nengok2 ke blog sampeyan..e ternyata baru satu postingan hehehe..wah jagoannya udh mulai keliatan cakepnya ya..

    Balas
  5. arie berkata:
    26 November 2008 pukul 14:03

    wah…cakepna nurun sapa mas, kok ga’ ada mirip miripnya…hehehehe

    Balas
  6. Astri S.L. berkata:
    10 Januari 2009 pukul 21:53

    Garis mata anak-anak mirip abah-nya.
    Menurut saya, Safa mirip sekali dengan abah-nya. Lekukan sudut bibir atas yang menyatu dengan garis dari pinggir cuping hidung ke bawah saat dia menarik senyum (saya tidak pandai mendeskripsikannya) khas banget kayak abah-nya. 
    Afif, dari foto kelihatan ekspresif. Mungkin dia lebih lincah dan jahil juga.Betul,kah?
    Alva, kawaii! 
    Ibu-nya ngewarisin apa,ya?

    Baju, waktu kecil masih dipilihin ortu jadi bisa diseragamin sama saudara (warna atau pola).
    Ntar agak gedean, mau-nya milih sendiri dengan selera masing2 (pengalaman pribadi hehehe..).

    Balas
  7. fatloss4idiots berkata:
    8 Juni 2011 pukul 09:52

    Excellent blog here! Also your site loads up very fast! What web host are you using? Can I get your affiliate link to your host? I wish my website loaded up as quickly as yours lol

    Balas
  8. Willian Hoven berkata:
    6 September 2011 pukul 20:35

    I simply included your current Rss in my Really simply syndication reader, it is so great to learn your website.,,

    Balas
  9. hanari berkata:
    22 September 2013 pukul 16:30

    anaknya cakep2,,

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/zE0ioByYHhs

My Instagram

windede

The Cousins. Remake foto 12 tahun bocah-bocah dgn The Cousins. Remake foto 12 tahun bocah-bocah dgn sebagian sepupu Samarinda...
The Siblings (part 2). Ini remake foto 30 tahun la The Siblings (part 2). Ini remake foto 30 tahun lalu (1992). Panjang umur semuanya...
The Siblings (part 1). Remake foto kami kakak-bera The Siblings (part 1). Remake foto kami kakak-beradik 40 tahun lalu: 1982 (atas) dan 2023 (bawah). Alfatihah utk si kembar Shinta (foto atas, kedua dari kiri) yg telah berpulang lebih dulu.
Yg ini okelah buat avatar... 😇😁 Yg ini okelah buat avatar... 😇😁
Hahaha... Machine learning-nya si AI masih harus b Hahaha... Machine learning-nya si AI masih harus banyak belajar...
Lama gak posting. Sekali posting langsung ikut-iku Lama gak posting. Sekali posting langsung ikut-ikutan trend wkwkwk
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Sesekali, biar punya foto keluarga... 😎 Sesekali, biar punya foto keluarga... 😎
Udah lama gak foto bertiga... #fafiva Udah lama gak foto bertiga... #fafiva
Load More Follow on Instagram

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (2): Sewa Mobilnya Murah, tapi Parkir Mahal dan Susah
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (1): Bebas Pilih Destinasi, Biaya hanya Seperempat Paket Wisata
©2023 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme