Bermula dari SMS lucu-lucuan, lalu email cerita kocak, maka lahirlah blog baru dari tokoh yang samasekali bukan baru di dunia tulis-menulis, apalagi potret-memotret. Siapa tak kenal legenda fotografi Indonesia ini, yang popularitas nama aslinya sama dahsyat dengan nama aliasnya: Mat Kodak.
Dialah Ed Zoelverdi, pria nyentrik dengan multi talenta di bidang jurnalistik: penulis hebat, fotografer kawakan, karikaturis, juga editor film. Suatu hari, babeh, begitu saya memanggil beliau sejak menjadi muridnya di Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS) Jakarta tahun 1999, mengirim SMS: “Gue pernah sewa web tapi gak terurus, ilang aja duit 35 dolar, kpn ente sempat ajarin dong bikin blog…â€
Saya bilang, itu perkara sangat gampang, dan tak perlu sedia duit dolar karena everything free. Di dunia penuh kemudahan seperti sekarang, bikin blog tak lebih sulit dari bikin email. Makanya heran juga ketika suatu waktu saya ketemu eksekutif sebuah perusahaan, dan saat kami hendak bertukar alamat email, si eksekutif ngaku emailnya sedang off. “Wah sudah lama saya gak buka email, lupa alamatnya…†Hahaha…
Maka, bergeraklah saya memenuhi permintaan babeh. Urusan pertama mencarikan domain name. Tadinya mau bikin matkodak.com, tapi ternyata sudah dipakai orang. Risiko di wilayah kebebasan penguasaan domain. Lagi pula, tak ada paten siapapun untuk nama “mat kodak” baik oleh Ed Zoelverdi maupun “Kodak” sendiri. “Ya udah, edzoelverdi.com pun okelah,” kata babeh akhirnya.
Hari itu, urusan pendaftaran domain, sewa hosting dan sebagainya selesai dalam hitungan menit. Bongkar-pasang theme layout tak memakan waktu lama, maklum serba gratis dari WordPress – lagi pula keahlian saya memang sebatas bongkar-pasang itu saja hahaha. Malamnya, saya bertandang ke rumah babeh di daerah Sumur Batu, Jakarta Pusat. Pertama, untuk silaturahmi karena sudah 4 tahun lebih kami tak berjumpa. Kedua, urusan blog ini perlu ada kursus singkatnya.
Mat Kodak sudah menunggu. Dengan kopi jahe dan brownis kukus made in Mirah Delima kami ngobrol sangat akrab bak kawan lama, padahal dari usia saya lebih cocok jadi cucunya. Babeh dengan antusias bercerita tentang kesibukannya sekarang, buku-bukunya yang sedang disiapkan dan tinggal diterbitkan, jasa bankfoto yang sudah bertahun-tahun dijalankan, aktivitasnya mengajar kelas fotografi di sejumlah perguruan tinggi, juga pandangan-pandangannya mengenai situasi politik terkini.
Keasyikan ngobrol, kursus blog akhirnya tak terjadi. Disepakati pelajaran teknis tentang posting dan lain-lain dilakukan lewat komunikasi email saja. Saya meyakinkan bahwa nge-blog itu gampang. Segampang kirim email di mailing list. Dan babeh tentu saja meyakini hal itu. Semangatnya menggebu-gebu. Saat diskusi menyinggung soal umur, misalnya, beliau bilang usia dalam konteks badaniah boleh saja tua, tetapi kemanfaatan hidup tak diukur dari sudah seberapa lama orang hidup di dunia.
Tanpa diminta, Mat Kodak segera membuktikan hal itu. Dia masuk ke kamar pribadi, mengambil kamera digital Nikon Coolpix warna hitam, kemudian memotret saya beberapa kali. Dia fotografer yang telah melewati pengalaman panjang bersama kamera SLR analog, namun dengan semangat fotografisnya kini menenteng camdig yang kompak sejenis coolpix. Di dinding rumahnya ada beberapa pigura foto-foto hitam-putih karyanya, termasuk salah satunya foto Bung Karno sedang dikerubuti masyarakat. Di sebelah foto Bung Karno itu ada foto hasil olah digital dengan tajuk one million dollar man. Semacam sertifikat yang dipersembahkan Ed Zoelverdi kepada kawan-kawan dekatnya. Saya kebagian satu persembahan duit satu juta dolar dengan kata-kata bijak di sekelilingnya itu.
Sekarang blog Mat Kodak sudah bisa dinikmati. Alamatnya di www.edzoelverdi.com, berisi macam-macam tulisan dari yang terbaru sampai arsip tulisan lama, foto-foto terbaru dan tentu saja foto-foto lama. Saya sendiri, setelah hampir 10 tahun mengenal beliau, baru tahu sejarah Mat Kodak setelah membaca posting beliau di sini.
Selamat datang di blogsphere, beh. Sebagai senior di dunia jurnalistik, tulisan dan foto-foto babeh pasti jadi pelajaran sangat berharga bagi kami yang muda-muda ini. Tapi sebagai junior di dunia blog, babeh jangan pernah sungkan bertanya kepada sesama blogger, mereka ramah-ramah dan baik hati kok…
assikkkkk! mat kodak melihat untuk sejuta mata. mestinya diterbitkan lagi. saya ingat, di zaman pradigital, ketika banyak orang minder pakai kamera saku, mat kodak pakai kamera saku buat jeprat-kepret di gedung dewan pers (lembaga pers dokter soetomo). kamera biasa, di mata orang tak biasa, bisa menghasilkan jepretan bernlai. 😀
moral cerita mat kodak yang saya ingat: ketika memotret sudah membayangkan desain grafis (layout), termasuk tampang sampul. soal lain? ya kehiarauan dia sebagai pewarta foto terhadap bahasa jurnalistik, untuk mengimbanhi jawanisasi dalam bahasa indonesia. 😀
salam saya untuk dia. tentu dia tak kenal saya.
Ah, jadi penasaran….
udah berkunjung ke sana, salut lah …. !
Jujur saya baru tahu ada tokoh hebat semacam MatKodak.
mat kodak? nama yang sudah pernah saya dengar pak windede. salut juga kalau beliau sudah punya blog. kayaknya banyak ilmu yang bisa kita serap dari sana.
seep2, blogosphare smakin ramai dengan orang2 hebat 😉
*meluncur*
Walah … jadi pingin ketemu Uda Ed … terakhir di Banjarmasin beberapa waktu lalu. Tolong salam ya Win … Jangan lupa ajak ke rumahnya bila ulun ke Jakarata (lagi).
wuiih.. dosen saya ternyata…
@yerrboiJOSEPH I found my victim http://t.co/gK4uFGIz
mas, kalau boleh tau kenapa blognya mati? apa karena bang ed baru saja meninggal dunia? atau memang domainnya sudah habis masa berlakunya? adakah domain lain yg bisa dikunjungi? terima kasih.