Yang ditunggu akhirnya tiba. Seorang bayi mungil menambah satu lagi penduduk bumi, mudah-mudahan menjadi berkah dan memakmurkan peradaban.
Selasa, 20 November 2007, pukul 04.08, sesaat sebelum azan subuh berkumandang, si kecil lahir dengan berat 3,3 kg dan panjang 50 cm. Ia tentu saja menambah meriah suasana rumah, menyusul kemeriahan yang sudah diperlihatkan dua abangnya selama ini. Si kecil, yang saat lahir rambutnya sudah begitu lebat, adalah putra ketiga generasi windede.
Dibandingkan abang-abangnya, si kecil terbilang “paling kecilâ€. Safa (sekarang 4,5 tahun), si sulung, lahir dengan berat 3,7 kg dan panjang 54 cm. Sementara Afif (sekarang 3 tahun), putra kedua, lahir 3,5 kg dan panjang 54 cm. “Tetapi proses kelahirannya paling sakit,†kata mamanya, yang meskipun ini adalah persalinan kali ketiga, tampak seperti mau melahirkan anak pertama.
Putra ketiga ini belum bernama. Sampai sekarang masih ditimbang-timbang beberapa pilihan. Di rumah, sementara ini Safa dan Afif memanggil si bungsu dengan sebutan “dedek bayiâ€. Meski senang dapat adik, abang-abangnya tak bisa menyembunyikan rasa cemburu ketika malam menjelang tidur, mamanya ternyata memeluk si “dedek bayiâ€.
Afif pun harus melakukan penyesuaian. Selama ini, dia terbiasa dipanggil “dedek afifâ€. Sekarang, harus menjadi “abang afifâ€. Maka, Safa sempat kerepotan dan akhirnya memanggil “abang afif dedekâ€.
Putra ketiga ini adalah buah doa Arafah. Saat hari wukuf setahun yang lalu di Tanah Suci, saya bermunajat agar diberi anak lagi. Dua minggu setelah pulang haji, istri memberi kabar hasil tes kehamilannya positif. Benar-benar doa yang dibayar kontan.
Begitulah, saya termasuk yang percaya bahwa salah satu cara memakmurkan bumi adalah dengan menebar lebih banyak komuni manusia, tentu dengan komitmen yang kuat untuk merawat, menjaga dan membimbing anak-anak menjadi generasi hebat.
Kepada beberapa kawan yang masih bertahan membujang, saya sering berkata: ada perbedaan sangat prinsip, antara wafatnya seorang lajang dengan seseorang yang sudah punya anak. Orang yang sudah punya anak akan disebut “meninggal†bila dia wafat. Ya, setidaknya meninggalkan istri dan meninggalkan anak. Meninggalkan generasi penerus.
Sementara seorang lajang yang wafat, harus disebut punah, karena meskipun meninggalkan “apa-apaâ€, toh tak meninggalkan siapa-siapa. Hehehe, jangan tersinggung wahai para lajang. Anggap saja ini sekadar motivasi agar Anda segera menikah.
Alhamdulillah 🙂
Duhhh senangnya..ikut bahagia pak. Gak sabar nyusul bapak Juga nih 😀
selamat, bos … betambah pulang anak buah …
selamat pak!
Alhamdulillah bos, semoga menjadi anak soleh.
Alhamdullilah…..dan…. semoga menjadi anak yang akan menyejukan mata serta hati, bagi orang tua dan siapapun yang memandangnya……
Alhamdulillah, selamat ya Win. 🙂
Ahamdullah. Semoga semakin memantapkan kebahagiaan.Amin.
Selamat yach, Pak Win. Tambah anak tambah rezki.
selamat pak…semoga ditengah-tengah sibuk menulis dan mengurus website-x tetep bisa bantu istri ngurus sang bayi yang bener-bener imut.
Selamat, bos (meski agak terlambat). Wah…, laki lagi bos lah. sekarang sudah ada tiga jagoan di rumah, bisa dibayangkan betapa hebohnya mereka. Salam buat safa, afif, mbak ade dan mba iyah..
yehaa… jagoann lageee.. sapa dolo dunk bapak e 😛
selamat ya boss.. moga dengan bertambahnya anak bertambah pula rejekinya.. aminn.. semoga anak2 keluarga Windede jadi anak yg soleh berbakti pada ibu pabak, negara dan radarbanjarmasin khususnya..:)
Selamat ya mas..
Kata orang2-nambah anak nambah rejeki..
Ass.Wr.Wb
wah lama tak baca blog ini, namun saat baca eh menemukan kabar bahagia dari bos Erwin. Selamat bos semoga anak sampeyan menjadi anak yang sholeha serta taat kepada orang tua dan agama…..Juga tar datang yang di hari bahagia anak buah sampeyan di Bumi Sanggam Kabupaten Balangan, insya Allah bulan Maret mendatang
wass
(juhri_balangan)
wah mantap juga neh uda punya momongan rupanya. semula saya pikir g punya ruang dan waktu tuk mencetak anak kecuali mencatak tulisan dan karya fotonya bung…!!! tapi salutlah semua berproses maksimal neh kayaknya