Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Makan di Hong Kong Rasa Indonesia

Posted on 12 September 2007

Jauh dari kampung halaman pasti membuat siapapun rindu makanan selera rumah sendiri. Di Hong Kong, jangan pernah khawatir, karena macam-macam menu Indonesia tersedia.

AROMA gurih bakso tiba-tiba mampir di hidung. Kaki pun bergegas meniti anak tangga Dragon Rise Building, bangunan menjulang di Pennington Street, kawasan Causeway Bay Hong Kong. Tiba di lantai dua, yang tampak adalah sebuah kios menjual buku-buku dan majalah Indonesia. Di sebelahnya ada kantor BCA yang terlihat tak seberapa ramai. “Naik satu lantai lagi, Mas,” seru seseorang di kantor BCA itu.

Benar saja. Di lantai 3, pintu kaca di sebelah tangga menyambut dengan tulisan besar; Warung Malang, Halal! Wah, surprised. Tanpa ragu lagi saya langsung masuk, duduk dan melihat-lihat menu. Semua yang ada di daftar adalah kuliner khas Nusantara; gado-gado, pecel lele, bakso, nasi rames, nasi campur, ayam penyet, soto ayam, rawon dan sebagainya. Minuman pun lengkap dari cendol, dawet, sampai es kopyor.

Meski dinamai Warung Malang, pemiliknya ternyata bukan Arek Malang. “Saya dari Jombang, tetangganya Gus Dur,” kata Mochamad Nurali, sang pemilik warung, lantas terkekeh. Pak haji berusia 60 tahun ini sudah menghabiskan lebih tigaperempat hidupnya di Hong Kong. “Saya dulu pegawai di konsulat,” katanya.

Haji Nurali memilih nama Warung Malang hanya untuk alasan bisnis saja; kebanyakan TKW di Hong Kong berasal dari Malang. “Supaya mereka kalau ke sini terasa seperti di rumah sendiri,” ujar ayah dua anak yang kedua-duanya lahir dan besar di Hong Kong ini. Seperti menu Bakso Malang, sebenarnya hanya “pinjam nama” karena citarasa baksonya tetap seperti bakso kebanyakan.

Meski ada beberapa rumah makan Indonesia lain di Causeway Bay, warung milik Haji Nurali terbilang paling ramai. Selain menjual makanan siap saji, Warung Malang juga berdagang barang-barang negeri sendiri. Minuman-minuman merek Indonesia, obat-obatan, sampai bumbu-bumbu dapur.

Haji Nurali memang rutin menerima kiriman barang dari Indonesia. Biasanya dua kali dalam seminggu, terutama untuk bahan makanan yang sulit diperoleh di pasar Hong Kong. “Seperti ayam kampung, dikirim langsung dari Indonesia,” ujarnya. Kalau bahan sejenis tempe dan tahu, Haji Nurali mengaku istrinya bisa membuat sendiri.

Warung Malang milik Haji Nurali paling ramai di hari Minggu. Maklum, di akhir pekan inilah para TKW berkumpul di Victoria Park, yang hanya lebih kurang 5 menit berjalan kaki dari Pennington Street. Warung Malang juga berdekatan dengan kantor Konjen RI Hong Kong, yang berada di pertigaan Keswick Street, hanya beberapa langkah dari Dragon Rise Building. “Kalau hari biasa, pegawai konsulat langganan makan di warung saya,” katanya.

Terkadang ada juga TKW yang makan di Warung Malang pada hari kerja. Biasanya, mereka mampir di sela mengurus perpanjangan paspor di konsulat. Di luar itu, langganan warung ini adalah penduduk Hong Kong sendiri, yang mungkin hendak mencoba masakan citarasa Indonesia.

Di Causeway Bay juga ada Warung Chandra, yang memasang papan nama besar berlatar merah di sebuah gedung yang persis berseberangan dengan kantor Konjen RI di Keswick Street. Di sebelahnya ada rumah makan bernama New Indonesian Restaurant. Beda dengan Warung Malang, rumah makan ini dikelola oleh orang Tionghoa. “Tapi menunya Indonesia semua, masakan Jawa,” kata seorang penjaga di restoran tersebut.

Di sudut Causeway Bay yang lain terdapat juga restoran Padang, tentu dengan menu khas semacam rendang, sambal balado dan bahkan ayam pop. Pemiliknya warga Hong Kong, tapi mempekerjakan jurumasak langsung dari Sumatera Barat. “Pokoknya kalau soal makan, di Hong Kong ndak ada masalah Mas. Tinggal uangnya aja,” kata Hartati, 26 tahun, seorang TKW.

Ya, sesuai dengan biaya hidup yang sangat tinggi di Hong Kong, rumah makan khas Indonesia memang menjual setiap porsi makanannya dengan harga lumayan. Semangkuk bakso dengan 3 biji pentol dan satu gorengan, misalnya, dihargai 35 HKD, setara Rp 42 ribu! Bisa untuk makan hingga lima porsi bakso kalau di kampung sendiri.

Soal harga makanan yang mahal itu, Haji Nurali memberi alasan. “Memang di Hong Kong semuanya mahal. Sewa ruang untuk warung ini saja 30 ribu HKD sebulan (lebih kurang Rp 36 juta, Red.). Tapi ya sebanding sih, soalnya penghasilan orang Indonesia di sini juga kan tinggi,” katanya. Ruang rumah makan miliknya itu hanya berukuran 2 x 7 meter ditambah dapur lebih kurang 2 x 2 meter.

Haji Nurali menikmati hidupnya di Hong Kong. Dari bisnis rumah makan yang laris manis itu, dia dan keluarga bisa pulang ke Jombang setiap lebaran. ***

Like & Share

25 thoughts on “Makan di Hong Kong Rasa Indonesia”

  1. unai berkata:
    13 September 2007 pukul 09:34

    Wah, mahal amat bakso dengan 3 pentol aja sampe 42 rebu, di sini mah bisa traktir orang 10 hehe..jalan jalan terus pak..

    Balas
  2. devie berkata:
    13 September 2007 pukul 09:39

    pengen, suatu saat, restoran indo bisa merajai dunia dan ada dimana mana kayak rstoran china atau jepang.

    Balas
  3. raida berkata:
    13 September 2007 pukul 22:49

    masyarakat indonesia keknya di terima baik di sana yah..

    Balas
  4. ogi fajar nuzuli berkata:
    15 September 2007 pukul 05:07

    ORANG INDONESIA TERNYATA PADAI MASAK JUGA DAGANG, JADI NGGAK PERLU MALU JADI ORANG INDONESIA….. BIARIN AJA MALAYSIA MENGHINA KITA….

    Balas
  5. phie2t berkata:
    15 September 2007 pukul 12:23

    waaaahhhh mupenk banget jd pengen ke sana. om plg dr sana jgn lp bw oleh2nya ya ^^

    Balas
  6. Lihan berkata:
    15 September 2007 pukul 19:03

    Wah asyik juga tulisan ini ,bisa jadi referensi untuk saya ke hongkong minggu depan he he

    Balas
  7. Rahmadona Fitria berkata:
    15 September 2007 pukul 21:59

    Wah, rasanya pingin mencicipi-nya nih.
    Kapan ya kira-kira bisa kesana. Doain.

    Balas
  8. nuralinyo berkata:
    19 September 2007 pukul 16:37

    wahh kalau saya tugas di hongkong, saya sering mampir makan di warung hj nurali.. emang siiii rame banget yg makan di sana, tp kalau masakan nya ya biasa aja kayak di indonesia… tp asiyk banget ada di sana… bisa kumpul ama saudara2 indonesia

    Balas
  9. didats berkata:
    21 September 2007 pukul 03:25

    wah, seruuu

    mas, gimana orang orang lokal memandang orang indonesia?
    apa mereka menggenalisir dengan orang indonesia = pembantu?

    Balas
  10. rani berkata:
    27 September 2007 pukul 05:58

    Hallo pak Nuuur …! Suskes berat … ! 🙂

    Balas
  11. SANTOSO berkata:
    27 September 2007 pukul 12:14

    KEBETULAN SAYA JUGA SUKA JALAN-JALAN DAN MAKAN-MAKAN. TAPI BIASANYA SAYA GRATISAN, MAKLUM JURNALIS KALAU DAPAT UNDANGAN SAJA BISA NIKMATI SURGA DUNIA SEPERTI DI HONGKONG HE…HE…HE

    Balas
  12. wake-up berkata:
    27 November 2007 pukul 12:34

    “ORANG INDONESIA TERNYATA PADAI MASAK JUGA DAGANG, JADI NGGAK PERLU MALU JADI ORANG INDONESIA….. BIARIN AJA MALAYSIA MENGHINA KITA…”
    sdr tunding satu jari kpd org,jari yang lain tunding kpd sdr sendiri.. sifat angkuh bukan salah negara tetapi salah individu sendiri.. di msia, saya lihat org indon sendiri menghina sesama indon.. maaf..

    Balas
  13. Dana Hibah berkata:
    2 Desember 2007 pukul 12:58

    Program Dana Hibah Sampai ratusan juta rupiah. untuk biaya sekolah/kuliah, modal usaha, Sosial, LSM DLL keterangan Lebih jelas klik: http://www.Asiabersama.com/danahibah-via-bca

    Balas
  14. Agustan berkata:
    25 Desember 2007 pukul 20:28

    Emang masakan Ibu kita ini memeng UENAK tenan, apalagi pas ada di Negeri seberang yang sulit mencari cita rasa Indonesia.

    Sayang-nya nggak ada Lift untuk naik ke Lantai – 3. Maklum kebiasaan manja di negeri sendiri, soal-nya juuuuaaauh kalo habis jalan keluar dari pintu E-Causeway Bay.

    Balas
  15. takahasi berkata:
    12 Maret 2008 pukul 02:29

    masih lebih murah di jepang dong semangkok bakso isi 5 bakso dan dua pangsit goreng cuma 500YEN = 43000rupiah. yang jual sih orang thailand tapi makanan indo lengkap bgt selain makanan thai tentunya

    Balas
  16. achles berkata:
    6 Mei 2008 pukul 14:41

    Saya warga indonesia, sudah lima tahun ini perusahaan kami ekspor arang kayu ke supermarket terbesar di hong kong,
    Jika dari restaurant atau cafe di hong kong yang ingin beli langsung ke kami akan kami berikan harga yang menarik.
    Best Rgds
    Fongwah Indonesia
    achles@yahoo.com

    Balas
  17. tyanti berkata:
    6 Mei 2008 pukul 19:08

    assalamualaikum,bp H.nur…
    ada bakso trus ada apalagi pak..sucses deh buat bpk.
    tambahin menunya pak dg makanan indonesia yg tradisional mumpung ada yg nawarin arang…aromanya sedap rasanya nikmat.tetap…cita rasa Indonesia.

    Balas
  18. ratna berkata:
    9 Desember 2008 pukul 11:28

    dear all,

    bulan depan saya akan ikut suami ke hong kong, adakah perkumpulan orang2 indonesia disana? jika ada, mohon di share agar saya dapat bergabung di sana. tks

    Balas
  19. rani berkata:
    10 Januari 2009 pukul 01:47

    Ibu Ratna yth,

    Silakan datang saja ke warungnya pak H Nurali ini.
    Lokasi dekat dengan konsulat jenderal RI, causeway bay – hongkong island.

    Disitu banyak saudara2 se-tanah air ngumpul.
    Pemilik warung ini  pun sangat ramah dan baik hati…..

    Salam.

    Balas
  20. sarah berkata:
    22 April 2009 pukul 20:49

    Mas,saya kbtulan maw blibur k hongkong.. Sbaiknya make tour travel ato sndiri saja.. Mungkin,punya knalan org indo d hongkong yg brbaik hati ngasih info2 kalo saya pgi sndiri?

    Balas
  21. bagus sajiwo berkata:
    14 Juli 2009 pukul 22:14

    Assalamualaikum…
    Turut senang denger cerita bapak,mulai merintis smp jd spt ini.
    Terus semangat ya..Saya kebetulan jg satu profesi dengan bpk,
    cuma saya kerja ikut orang..he.he.kami juga buka resto indonesia di China.moga kita nanti bisa ketemu.selamat ya Bpk..Sukses selalu.

    Balas
  22. shinta berkata:
    30 September 2009 pukul 13:32

    pak mau tanya, tau ngk kalau untk izin usaha di sana
    seprti pak H.Nurali susah ngk yah dapat izinnya??dan bayrnya mahal ngk??
    plz info
    thx a lot

    Balas
  23. kucir berkata:
    6 April 2011 pukul 09:39

    Kangen ke HK lgi…krn keteraturan dan kedisiplinan ,serta transportasi umum yg sangat baik systemnya , tdk spt dtmpt kita ..semrawut ..tidak ada pembatasan kendaraan bermotor dan cara yg begitu mudah tuk memiliki kendaraan bermotor sedankan infra struktur jalan tidak pernah bertambah, shgga adanya hanya kerepotan untuk semuanya…

    Balas
  24. sunny berkata:
    3 Juni 2011 pukul 17:12

    saya sekarang tinggal di hkg dan pengen banget makan bakso, nasi padang. bukanya dr jam brp sampe jam brp ya? trus alamat jelasnya dmana?keluar dr mtr causeway bay keluar exit apa?thx buat infonya

    Balas
  25. Fendy berkata:
    7 Oktober 2012 pukul 11:58

    bole tau info no telp, e-mail, atau apa aja yg bisa dihubungi ttg restorant indonesia yg diHongKong ga?
    soal’nya saya ingin menadu nasib kesana, jdi sesama org indonesia, kalau bisa bantu saya untuk dapat berkerja disana terlebih direstaurant tersebut…
    thx…

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/zE0ioByYHhs

My Instagram

windede

Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaa Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaaaa
Si bungsu udah macam anak tunggal... Si bungsu udah macam anak tunggal...
Sesi foto tiga generasi... Sesi foto tiga generasi...
Baru terima nih official photos dari graduation du Baru terima nih official photos dari graduation dua pekan yg lalu. Harus diposting dong yak, hahaha...
Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefudd Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc.
Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat, S.Ag., M.H.
Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukur Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukuran badan hehe 😁
Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓 Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Load More Follow on Instagram

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (2): Sewa Mobilnya Murah, tapi Parkir Mahal dan Susah
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (1): Bebas Pilih Destinasi, Biaya hanya Seperempat Paket Wisata
©2023 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme