Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Patung-patung “Hidup” di Madame Tussauds

Posted on 3 September 2007

Bersama Bush dan Clinton

BEGITU banyak tempat wisata di Hong Kong. Tapi Madame Tussauds adalah salah satu yang paling populer. Dalam trip ke negeri bekas koloni Inggris itu pekan lalu, museum lilin ini memang jadi kunjungan paling mengesankan. Sebuah tempat di mana karya kreatif manusia terbukti bisa membekukan banyak sosok tokoh dalam patung-patung yang nyaris seperti hidup.

Tak sulit mencari Madame Tussauds di Hong Kong. Peta-peta kota yang bisa didapat gratis di bandara dan hotel-hotel memberi penunjuk jalan yang sangat terang. Museum ini berada di lantai dasar The Peak, sebuah bangunan di puncak bukit di Hong Kong Island yang jadi tempat favorit memandang lanskap kota (Hong Kong Island dan Kowloon) dari ketinggian.

Bersama Lady DiHari itu, saya memilih menuju The Peak dengan naik tram dari Lower Peak Terminus. Hanya perlu waktu beberapa belas menit menumpang kereta listrik legendaris yang sudah ada di Hong Kong sejak tahun 1888 ini menuju puncak bukit. Kereta berjalan menanjak hingga kemiringan 45 derajat. Supaya tidak repot, langsung beli tiket terusan (combo package) seharga 130 HKD. Itu terbagi untuk ongkos tram bolak-balik dan tiket masuk Madame Tussauds. Lebih murah ketimbang beli tiket tram dan tiket masuk secara terpisah.

Sesampai The Peak, tentu saja naik dulu ke puncak. Menikmati lanskap Hong Kong yang hari itu tak terlalu menarik karena disaput kabut. Setelah puas, barulah keliling museum lilin. Bercanda dengan patung-patung yang dibuat dengan bentuk dan ukuran sesuai aslinya itu, lantas foto-foto.

Baru masuk langsung disambut dengan kilatan blitz silih berganti, seolah kita adalah seorang selebriti. Flash kamera itu menempel di dinding lorong masuk dan secara otomatis menyiram cahaya bila ada yang lewat. Patung pertama yang menyambut adalah Jackie Chan sedang tertawa dengan gayanya yang khas.

Ruang pertama berisi patung lilin sejumlah selebriti, baik Hollywood maupun Asia. Saya tak merekam semuanya, hanya sempat berpose bersama beberapa di antaranya. Seperti pemeran James Bond Pierce Brosnan, dan komedian Eddie Murphy. Ada juga artis seksi Jodie Foster, sang legenda Marlyn Monroe dan beberapa yang lain. Sayangnya, saya tak begitu mengenal beberapa patung artis Asia.

Ruangan berikutnya adalah tokoh-tokoh politik dunia. Sebuah panggung dengan podium kosong yang di kiri-kanannya ada George Bush dan Bill Clinton memancing siapapun untuk berfoto seolah-olah sedang pidato bersama dua pemimpin Amerika itu.Tak jauh dari sana ada patung Saddam Husain, lengkap dengan pakaian kebesarannya. Kemudian legenda diktator Adolf Hitler, mantan sekjen PBB Kofi Annan dan tokoh Soviet Mikhail Gorbachev.

Bersama Einstein

Dari tokoh politik, ada tokoh-tokoh dunia lain seperti Albert Einstein, Luciano Pavaroti, Rembrandt, Neil Amstrong serta keluarga kerajaan Inggris (yang ini sepertinya wajib, karena Hong Kong bekas jajahan Inggris dan Madame Tussauds juga bermula dari London).  Di ujung dekat pintu keluar barulah tokoh-tokoh olahraga dipajang. Saya sempat berpose bersama Tiger Woods, lantas David Beckham dan Yao Ming.

Sesekali saya memeriksa patung-patung tersebut lebih dekat. Bagaimana helai demi helai rambut ditancapkan, bulu-bulu halus disusun sampai yang sangat detail seperti tahi lalat dan warna khas di kulit wajah. Semua dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Untuk tokoh yang masih hidup, boleh jadi pembuatan patung ini menjadi mudah dan sangat mirip. Sementara tokoh-tokoh yang telah tiada seperti Lady Diana, misalnya, mungkin hanya bermodalkan foto-foto saja. Toh, mereka seperti “dihidupkan” kembali lewat patung-patung itu.

Saya lantas berpikir. Mungkin kalau ada perusahaan membuka jasa pembuatan patung diri, konsumennya bakal banyak. Kita bisa mengabadikan diri kita tidak lagi lewat foto dan video, tetapi juga patung-patung lilin yang dibuat sangat mirip sesuai aslinya. Anda berminat? ***

Like & Share

10 thoughts on “Patung-patung “Hidup” di Madame Tussauds”

  1. Ersis W. Abbas berkata:
    3 September 2007 pukul 16:40

    Jelaslah … pasti ada jalannya … E Aku lama menghapal liku-lku kowloom kenapa waktu perjanjian seabad lalu Cina mau memberikan pada Inggris padahal di daratan Cina ya Pak … E lapangan terbangnya msih kuno kah di tengah kota? Atau orang Indonesia yang berpikir kuno bikin gedung bertingkat harus 100 km dari area Bandara he he

    Balas
  2. Anang berkata:
    4 September 2007 pukul 16:04

    keren ya mirip aslinya…. wah saya juga mau.. hehe

    Balas
  3. ogi Fajar Nuzuli berkata:
    5 September 2007 pukul 14:11

    Wah keren……… kapan aku bisa kesana ya?

    Balas
  4. unai berkata:
    5 September 2007 pukul 14:39

    wah wah serunya, tapi apa gak takut tuh…hii kaya beneran yah, wah Bapak peluk peluk si cantik Lady Diana pulak

    Balas
  5. fira berkata:
    8 September 2007 pukul 16:06

    Ass, bang win saya jadi ingat hongkong nih saat baca tulisan sampeyan hehehe gimana taman viktoria parknya masih berjubelan para buruh migran dari berbagai macam suku kita ya. Hongkong is very beauty still my memory… saat flasback ke thn2005 lalu saya sempat berkongko ria di situ jalan bareng dan menikmati semua keindahannya.Apalagi taman viktoria kalau hari sabtu dan minggu ramai banget ya kelihatan dari metro park hotel di tung lo wan causeway bay…jadi rindu nih.

    Balas
  6. Sari berkata:
    27 Oktober 2007 pukul 12:41

    wah keren bgt, bisa minta gambar2 nya yg lebih banyak lg gak ya hehehehehe, tapi sumpah keren abis bo patung2nya mirip bgt sama yg aslinya.

    Balas
  7. Betty berkata:
    29 November 2007 pukul 11:15

    patung-patungnya tuh oke banget…mirip banget sama aslinya. pokoknya keren banget deh..

    Balas
  8. adhe berkata:
    7 Februari 2008 pukul 14:55

    keren banget patung-patungnya… kayak beneran
    belajar bikinnya dari mana, ya?

    Balas
  9. rozze berkata:
    22 April 2008 pukul 21:07

    sUmPaH qReNzZzZ aBiZzZ……………..

    Balas
  10. Ping-balik: Jalan-jalan Gratis (6) « Inside Me

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/zE0ioByYHhs

My Instagram

windede

The Cousins. Remake foto 12 tahun bocah-bocah dgn The Cousins. Remake foto 12 tahun bocah-bocah dgn sebagian sepupu Samarinda...
The Siblings (part 2). Ini remake foto 30 tahun la The Siblings (part 2). Ini remake foto 30 tahun lalu (1992). Panjang umur semuanya...
The Siblings (part 1). Remake foto kami kakak-bera The Siblings (part 1). Remake foto kami kakak-beradik 40 tahun lalu: 1982 (atas) dan 2023 (bawah). Alfatihah utk si kembar Shinta (foto atas, kedua dari kiri) yg telah berpulang lebih dulu.
Yg ini okelah buat avatar... 😇😁 Yg ini okelah buat avatar... 😇😁
Hahaha... Machine learning-nya si AI masih harus b Hahaha... Machine learning-nya si AI masih harus banyak belajar...
Lama gak posting. Sekali posting langsung ikut-iku Lama gak posting. Sekali posting langsung ikut-ikutan trend wkwkwk
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Sesekali, biar punya foto keluarga... 😎 Sesekali, biar punya foto keluarga... 😎
Udah lama gak foto bertiga... #fafiva Udah lama gak foto bertiga... #fafiva
Load More Follow on Instagram

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (2): Sewa Mobilnya Murah, tapi Parkir Mahal dan Susah
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (1): Bebas Pilih Destinasi, Biaya hanya Seperempat Paket Wisata
©2023 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme