Akhirnya masa ini tiba juga. Setelah lebih 6 tahun menghabiskan hari-hari di Banjarbaru-Banjarmasin, saya kembali ke kampung halaman di Kalimantan Timur. Pekerjaan mengharuskan saya menetap di Balikpapan. Kota yang hanya dua jam perjalanan dari tanah kelahiran saya di Samarinda — dan sebenarnya “hanya” lebih kurang 9 jam perjalanan darat dari Banjarbaru.
Enam tahun tentu bukan waktu sebentar. Terlalu banyak kenangan bersama urang Banjar yang bakal terpatri dalam benak sepanjang hayat. Kawan-kawan baru, sahabat-sahabat, bahkan lebih dari itu, orang-orang yang telah saya anggap sebagai saudara. Saya malah tak lagi menganggap banua Banjar sebagai kota tempat merantau. Tapi rumah sendiri.
Kembali ke Balikpapan adalah balik kandang. Saya membuka daftar telepon lama, menghubungi kenalan-kenalan, mencari lagi teman-teman yang setelah 6 tahun nyaris tak lagi berhubungan. Sebuah pekerjaan nostalgik yang sungguh membuat saya sedikit “agak sibuk” beberapa hari terakhir ini.
Keluarga masih bertahan di Banjarbaru, sembari menunggu kepastian tempat tinggal di Balikpapan. Ini kota yang menyenangkan, terutama untuk ditinggali. Orangnya ramah-ramah, relatif aman, cuaca ya sama seperti kebanyakan kota lain di Indonesia, dan, ini yang terpenting; dekat dengan tempat tinggal orangtua saya. Sehingga anak-anak bakal lebih sering ketemu kakek-neneknya.
Begitulah, sekadar berbagi kabar kepada Anda. Ada sebuah pelajaran berharga. Pindah rumah, bagi orang yang sudah beristri dengan dua anak seperti saya, ternyata lumayan merepotkan, terutama untuk urusan barang perabotan yang nunut memaksa ikut. Sebuah truk besar bakal kurang untuk mengangkut barang-barang. Tapi saya bilang ke istri, cukup satu truk saja. Kalau kurang, maka pilihlah yang prioritas, lantas ikhlaskanlah barang-barang yang tertinggal untuk disedekahkan.
Hei… apa kabar Anda semua?
Ass wr wb
Selamat jalan bos, semoga segala kebaikan yang ditinggal di Banua menjadi Amal Jariyah. Dan selamat mengukir berbagai kebaikan baru.
Wassalam
Budi
Inilah perjalanan panjang yang tak pernah kita tahu akhirnya, sampai di mana. Hingga maut tiba-tiba memutuskan dan membawa kita menuju perjalanan selanjutnya.
Bos, terima kasih atas banyak hal yang telah Bos berikan kepada kami. Bukankah kita harus selalu menebar kebaikan-kebaikan.
Semoga perjalanan ini lebih mendewasakan kita untuk terus istiqamah menebarkan kebaikan-kebaikan…
Bung Erwin
Selamat jalan, selamat bertugas kembali di kampung halaman sendiri. Meski tidak lagi selalu dengan mudah dekat secara fisik namun telah engkau tinggalkan dan hadiahkan sebuah alamat dan rumah di dunia maya kepadaku. ya, ini sesuatu yang paling berharga engkau berikan, terima kasih kawan. Meski mungkin akan menjadi jarang kita berjumpa secara fisik namun dunia maya kini memberi peluang untuk segalanya tetap menjadi terasa dekat. di sini kita, satu dengan yang lain, kita semua, sahabat2 anda, masih bisa berkomunkasi, berbincang, bercanda, berolok-olok, saling tertawa dsb. kecuali satu hal yang barangkali sulit menyanyikan bersama lagu “suti” he he he. Ik zeg U dit als vriend. trims.
selamat jalan bos, waktu berjalan begitu cepatnya enam tahun telah dilalui dan banyak kenangan telah dilewati.Semoga segala kenangan tetap terpatri pada salah satu bilik hati bos Erwin. Berarti kala bertemu enam tahun lalu aku masih langsing dan Bos Erwin sudah tinggi….ha..ha… Sekali lagi Selamat Jalan sahabat….semoga sukses ditempat baru….
wah.. saya juga bakal melakukan perjalanan waktu.. heuheuheu.. kembali ke masa lampau.. ke kota di mana saya dilahirkan,
perjalanan itu selalu menyenangkan! 🙂
wahahaa,
kalau saya justru sedang siap-siap pindah ke balangan.
belum pernah ngrasain benar2 jauh dari kampung halaman. sejauh jauhnya menetap, jika ingin pulang masih kejangkau perjalanan darat. bahkan pernah saking kangennya rela cuman 2 jam dirumah. jam 5 sore sepulang ngantor berangkat ke ngawi, jam 4 paginya dah sampai kosan lagi buat ngantor.
welcome back Om! 😀
Saya sangat setuju dengan pindahan tanpa membawa barang banyak. Ini sangat merepotkan. Pengalaman pindah rumah mungkin belum sedasyat anda ya… Saya dulu pernah pindah dari dari satu tempat ke tempat satunya lagi, berkali-kali. Baru saja sampai di tempat baru, ternyata ada masalah dengan atap rumah yang ternyata sudah mau rubuh… lalu pindah lagi ke tempat awal… dan terus saja masalah terus timbul… terhitung 3 kali bolak balik, sampai akhirnya modal saya cuma koper yang ditenteng… capeeeek deh! Hihihi!
Anyway… semoga bisa cepet settle dengan barang bawaannya… dan lain2nya 🙂
selamat jalan “Sang Gagah” Bang Erwin…
saya gak akan pernah lupa, banyak sekali pelajaran berharga yang saya peroleh dari Pian. semoga kelak Allah Swt akan memalas semua kebaikan Pian itu. walau sangat sedih, saya sangat bangga bisa menjadi teman Pian… semoga selalu sukses!!!
met jalan bro!
smoga sukses d tempat yg baru 🙂
Pindahan itu memang melelahkan, terutama prosesnya. Apalagi istri/ibu… gelas per gelas dan benda-benda pecah belah lainnya harus dibungkus satu persatu dan nanti ditempat baru dibuka lagi… duhh.. kebayang deh.
Tapi demi masa depan, dinikmati saja pindahannya… semoga lancar semuanya.
emang sesuatu …..yang enak kdng msti.sembnyi2tpi………….?maju,,,,,,,,,,uuuuuuuuterussssssssssssssssssssssss
klo.kng….ngpain,d thn plng j ntr mlh streeeeeeeezzzzzz
saya sendiri blom pernah merasakan pindahan rumah, tapi kalo membayangkannya pasti merepotkan sekali secara di rumah saya perabotan segitu banyaknya
selamat pindahan ya mas win 🙂