Tak ada bandara di belahan mana pun di bumi ini yang kepadatannya bisa menandingi King Abdul Azis Jeddah, terutama di musim haji seperti sekarang. Selain beroperasi 24 jam, bandara ini juga jadi tempat transit seluruh jamaah yang datang ke Tanah Suci menggunakan pesawat terbang.
Angin dingin langsung menyergap masuk ke kabin pesawat, sesaat setelah awak Garuda Indonesia membuka pintu tengah Boeing 747 itu. Waktu menunjukkan pukul 01.30 dinihari. Wajah kusut jamaah yang jet lag setelah terbang 11 jam berubah segar. Semangat hendak beribadah begitu menggebu, sehingga fisik seolah langsung menyesuaikan diri.
Jeddah memang sedang diselimuti hawa dingin, meskipun masih di kisaran 18 derajat celcius. Satu per satu jamaah calon haji turun dari pesawat, menuju shuttle bus yang segera mengantar ke terminal penumpang. Setiba di terminal, urusan imigrasi sudah menanti.
Tetapi jamaah yang baru tiba tak bisa langsung dilayani. Di kursi tunggu telah antre jamaah asal Brunei Darussalam, yang tiba lebih dulu. Untuk sementara, saya bersama calon haji kloter 10 Banjarmasin harus duduk-duduk sambil meluruskan kaki dan membenarkan persendian pinggang.
Ternyata yang ditunggu tidaklah sebentar. Maklum, pemeriksaan di pos imigrasi tak bisa dilakukan secara massal. Harus satu demi satu, diperiksa paspor dan dokumen-dokumen lain. Maka, kami baru mendapat giliran pemeriksaan dua jam kemudian, ketika serombongan jamaah asal Afghanistan masuk ke ruang tunggu imigrasi menggeser tempat duduk kami.
Tak ada masalah berarti ketika melewati pemeriksaan imigrasi. Seluruh calon haji lolos setelah diperiksa masing-masing lebih kurang 5 menit. Masalah baru muncul ketika melewati pemeriksaan bagasi. Salah seorang jamaah kedapatan membawa satu koper besar penuh berisi rokok puluhan slop. Petugas bea dan cukai Arab Saudi langsung menyita rokok dalam jumlah besar yang diperkirakan dibawa untuk dijual kembali itu.
Dari pemeriksaan bagasi, kami harus jalan kaki sekitar 500 meter menuju tempat penampungan sementara. Di tempat ini, jamaah disuguhi makanan nasi kotak dengan menu ayam goreng dan sayur capcay, plus satu buah jeruk segar. Semua menyantap makanan pertama di Arab Saudi itu dengan lahap.
Pemerintah Arab Saudi membangun Bandara King Abdul Azis dengan fasilitas lengkap. Jamaah bisa mandi sunat di kamar mandi yang terdapat di hampir setiap sudut. Kamar mandinya mewah, lengkap dengan shower air hangat. Selesai mandi, langsung berihram dan melaksanakan salat sunat ihram.
Â
Bangunan terminal penumpang di King Abdul Azis sangat unik. Atapnya berbentuk kerucut mirip tenda-tenda di Mina dan Arafah. Membentang setinggi 30-an meter dan saling berangkaian satu sama lain sehingga bentuknya benar-benar menyerupai perkemahan. Meski begitu, fasilitasnya lengkap. Selain kamar mandi yang mewah, di beberapa sudut juga terdapat kafetaria dan kios-kios penjual asesori untuk ibadah haji.
Tiang-tiang penyangga atap kerucut itu berdiri kokoh dengan dipenuhi lubang-lubang blower pendingin. Subuh itu pendingin tidak diaktifkan, maklum, suhu di dalam ruang terminal sudah cukup sejuk dengan hawa Jeddah yang dingin.
Meski bangunannya sangat luas dan kepadatan penumpang luar biasa, manajemen King Abdul Azis tampak sangat efisien. Mereka hanya menempatkan beberapa petugas pengawas. Sementara untuk pengurusan kedatangan jamaah, diserahkan kepada pemerintah di negara asal jamaah.
Seperti jamaah asal Indonesia, langsung diurus petugas haji yang direkrut dari mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Arab Saudi, yang sebagian sudah menjadi mukimin (pendatang yang menetap) lebih dari 3 tahun. Mereka mengurus mulai dari memastikan bahwa jumlah jamaah lengkap, sampai menaikkan ke atas bus menuju Makkah.
Karena jamaah berdatangan dari berbagai penjuru dunia, termasuk beberapa rombongan jamaah Indonesia dari Jawa dan Sumatera, maka pemberangkatan menuju Makkah pun harus antre. Hari sudah mulai terang ketika tiba giliran kami untuk berangkat. Di dalam bus, sebagian besar jamaah memilih tidur. Kami baru terbangun ketika ketua rombongan mengajak bersama-sama membaca doa masuk kota Makkah, tanda kami telah tiba di Tanah Suci.
Allahumma haazaa haramuka wa amnuka faharrim lahmii wa damii wa sya’rii wa basyarii ‘alannaar… / Ya Allah, kota ini adalah Tanah Haram-Mu dan tempat aman-Mu, maka hindarkanlah daging, darah, rambut dan kulitku dari neraka…
mas erwin,
beberapa hari ini saya nggak buka blog: sahrudin.wordpress.com
tapi, begitu saya buka, kok nggak bisa? rusak apanya ya? bisa bantu saya? terima kasih ya.
salam
Laporannya aduhai … tapi jagan sampai keganggu ibadah hajinya Mazz ya … Tulis juga dong tentang pengalaman spritualnya.
Salam
Ya Allah, kota ini adalah Tanah Haram-Mu dan tempat aman-Mu, maka hindarkanlah daging, darah, rambut dan kulitku dari neraka…Amiennnn
Semoga selamat dan sehat dalam menjalankan ibadah yah Pak…dan pulang menjadi Haji Mabrur..Amien
moga laporannya nambah berkah hajinya. amiiin
Bang Rustam titip salam, semoga jadi haji mambrur,ujar sidin btw reportasenya hari ini sangat menyentuh, terutama pada kalimat akhir “bahwa rasullah memberikan rahmat seluruh muslim itu bersaudara” nyaris titik banyu mata kawan boz ai membacanya…
semoga suatu saat nanti keinginan untuk bisa beribadah ke Tnah suci Mekkah bisa terwujudkan ya mas..
selamat menunaikan ibadah haji, semoga menjadi haji yang mabrur..amiiin
semoga lancar dalam peribadatannya, selamat sampai kembali ke tanah air, dan menjadi haji yang mabrur. aamiin!
Tahun depan, porsi laporan haji kayaknya bakal nambah 😀
Assalamuaikam Pak Haji!
Saya salut, dalam ibadah masih bisa mengeluarkan laporan yang luar biasa berbeda. Menarik, dan cukup mencerahkan…
Bagaimana caranya berpakaian ihkram, apakah memakai pakaian dalam atau tidak.
Makasih atas penjelasannya.