Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Terlena dengan Lemparan Pertama

Posted on 5 Oktober 2006

Ini bukan hasil lemparan. Jarum sengaja ditancapkan...

Perlu berapa kali lemparan untuk menancapkan jarum tepat di target merah?

Saya hanya perlu sekali! Ya, sesaat setelah membeli permainan ini, saya mencobanya di rumah dan langsung sukses. Lemparan pertama tepat menuju sasaran target merah. Poin sempurna. Masalahnya, ketepatan target itu ternyata lebih karena kebetulan saja. Sebab pada lemparan-lemparan berikutnya, alih-alih ke target merah, jarum malah beberapa kali mental jauh dari area lingkaran terluar; membuat tembok di kiri-kanan lingkaran ikut berlubang-lubang.

Warna-warni kontras membentuk komposisi yang menarik...Saya belum menyerah. Gagal setelah mencoba dari jarak tiga meter, saya mendekatkan tubuh ke sasaran. Mungkin tinggal satu setengah meter saja. Beberapa lemparan menancap di lingkaran 7 dan 8. Beberapa lagi terdampar di angka 2, 3 atau 4. Masih ada yang keluar samasekali. Dan… tetap belum ada yang mendarat di lingkar merah.

Lubang-lubang menghias hampir seluruh area target. Bukti bahwa lebih banyak jarum yang luput daripada yang kena sasaran. Yeah, namanya juga permainan. Lagi pula tidak sedang lomba. Hanya iseng belaka. Di tempat-tempat keramaian di kampung saya, semisal pasar malam atau lagi ada konser dangdutan, lomba lempar jarum ini lumayan disuka. Biasanya ada iming-iming hadiah untuk pelempar yang berhasil mendaratkan jarum tepat di sasaran.

Orang-orang menggunakan teknik. Mulai yang benar-benar berupa keahlian sampai cara bermain curang. Untuk yang ahli mereka menghitung dengan cermat gerakan tangan dan kekuatan lemparan. Seberapa banyak tangan diayun ke belakang dan seberapa habis buangan ke depan. Apakah memegang ujung jarum atau bagian pangkalnya. Apakah dengan kekuatan penuh atau lemparan lambung. Bagi yang hendak curang bisa “curi posisi” dengan mencondongkan tubuh mendekati target. Ditambah jangkauan tangan, bisa-bisa tersisa jarak beberapa senti saja. Toh, jarang juga yang bisa tepat di lingkar merah. Bandar tetap jawara.

Saya membeli permainan ini karena iseng. Sungguh bukan untuk berlatih lantas ikut lomba di pasar malam. Toh, saya tetap tidak cukup berbakat. Keberhasilan lemparan menuju sasaran bisa dihitung dengan jari.

Putus asa, saya cabuti jarum yang menancap di luar sasaran. Saya pilih salah satu di antaranya dan, dengan sangat mudah, menancapkan sendiri ke lingkaran merah. Repot amat sih hehehe… Dua jarum sisanya saya lempar dari jarak yang dianjurkan, dan menancap di lingkar yang tak sesuai keinginan.

Area target penuh lubang. Banyak lemparan tak kena sasaran.Sesi pemotretan dimulai. Saya ambil kamera, membidik beberapa angle, membuat seolah-olah jarum didaratkan oleh sang pelempar ulung. Warna tembok rumah yang biru menghasilkan kontras warna yang menarik karena bertemu hitam dan kuning. Ditambah lagi sepenggal langit berhias awan putih.

Memotret benda berbentuk lingkaran agak menyulitkan. Frame yang persegi membuat sudut ambil tak bisa penuh. Kalau diambil penuh, menjadi biasa. Tidak unik. Karena itu, saya memenggal-menggal komposisinya. Lagi pula, garis lingkar hitam dan kuning sudah cukup menunjukkan bahwa objek sebenarnya berbentuk lingkaran.

Maka, jadilah foto ini. Dan saya merasa lebih sukses memotret daripada melempar. ***

Foto: Windede | Kamera: Nikon Coolpix 2100

Like & Share

10 thoughts on “Terlena dengan Lemparan Pertama”

  1. diyan berkata:
    5 Oktober 2006 pukul 15:32

    yah ternyata pernyataan mempertahankan prestasi lebih susah dari bikin prestasi memang benar adanya yah hehehe 😛 lam kenal *whoooooozzz*

    Balas
  2. devie berkata:
    5 Oktober 2006 pukul 16:45

    caranya biar bisa dapet angle yang bagus kayak Om gimana ya? padahal obyeknya biasa, tapi jadinya luar biasa. takjub……

    Balas
  3. pancaradis berkata:
    5 Oktober 2006 pukul 20:22

    weleh weleh… berarti yang ada di foto, jarum yang tepat kena sasaran berwarna merah itu… bro Windede ndatengin langsung dan nancepin gitu aja..? weleh weleh weleh… ikutan ah…

    Balas
  4. fortuna berkata:
    5 Oktober 2006 pukul 23:05

    mungkin seharusnya anda ikut khursus panahan ajah… kalau panah2 ini mmm…. kekecilan deh buat postur badan orang yang tinggi menjulang lang lang lang… hihihi! (maksa banget ya komen nya!)

    Balas
  5. Bangsari berkata:
    6 Oktober 2006 pukul 08:47

    saya jadi inget masa-masa memainkan permainan ini saat kuliah dulu. kami menyebutnya DART. entah benar entah tidak. yang jelas saya belum pernah sekalipun berhasil menembak titik merah. :((

    Balas
  6. tyka82 berkata:
    6 Oktober 2006 pukul 11:34

    tidak pernah sukses memainkan DART.
    ntah mengapa…

    Balas
  7. maya berkata:
    6 Oktober 2006 pukul 12:34

    blom pernah maen DART, pengen banget nyobain. dan aku setuju dengan komen Diyan, mempertahankan prestasi itu lebih sulit, daripada mencetak prestasi. dibutuhkan usaha dan exercise yang lebih keras, juga doa yang mengiringi..;)

    Balas
  8. tukang kebon berkata:
    6 Oktober 2006 pukul 12:49

    niat dr awal emang mo motret yaks pak…ah sayah maen dart gagal muluw

    Balas
  9. -f berkata:
    6 Oktober 2006 pukul 15:14

    sepertinya nasib kita sama win, mungkin bagusan kamu. soal lempar2an aku sama payahnya, soal motret lebih payah lagi. :d

    Balas
  10. Ping-balik: Ambien.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/zE0ioByYHhs

My Instagram

windede

Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaa Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaaaa
Si bungsu udah macam anak tunggal... Si bungsu udah macam anak tunggal...
Sesi foto tiga generasi... Sesi foto tiga generasi...
Baru terima nih official photos dari graduation du Baru terima nih official photos dari graduation dua pekan yg lalu. Harus diposting dong yak, hahaha...
Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefudd Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc.
Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat, S.Ag., M.H.
Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukur Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukuran badan hehe 😁
Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓 Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Load More Follow on Instagram

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (2): Sewa Mobilnya Murah, tapi Parkir Mahal dan Susah
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (1): Bebas Pilih Destinasi, Biaya hanya Seperempat Paket Wisata
©2023 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme