Senja bisa dinikmati di mana saja. Termasuk dari balik jendela pesawat. Ini malah senja yang bebas hambatan, tak terhalang oleh siluet pepohonan seperti senja di darat, atau tonggak kayu perahu cadik di pantai-pantai. Bila mujur dapat jendela yang bersih, kita malah serasa berada di istana warna.
Ya, berada di posisi sekian ribu kaki di atas permukaan laut membuat kita disuguhi langit sejauh mata memandang. Penggalan bumi di bawah sana hanyalah potret samar yang sulit ditebak. Apalagi bila waktunya adalah senja. Tuhan melukis langit untuk kita, dengan warna-warni yang repot bila harus dinamai satu per satu.
Dalam banyak kesempatan warna yang membuncah adalah kuning emas memerah seperti kebanyakan senja di daratan. Tetapi di kesempatan lain kerap muncul warna-warna aneh yang boleh jadi malah belum punya nama. Refleksi matahari yang baru saja tenggelam di ufuk memang membuat langit di sepanjang horison tersulap menjadi kanvas yang ditumpahi sejuta warna.
Ada gradasi yang sepertinya tak beraturan, tapi justru menghadirkan keindahan. Biru siang menyeruak di sela-sela warna senja, perlahan menjadi gelap dan kemudian berubah malam. Ketika matahari bahkan sudah tak menyisakan sinarnya lagi, gelap malam bercampur sisa-sisa biru langit dan warna emas malah menghadirkan aura mistis yang sulit dijelaskan dalam kata-kata.
Apakah senja yang kita lihat di darat, atau di pantai, adalah senja yang sama dengan kanvas di balik jendela pesawat? Tentu saja, karena mataharinya kan yang itu-itu juga. Namun karena langit konon berlapis tujuh dan setiap aras memiliki pemandangannya sendiri, maka bolehlah sedikit bergaya bahwa di angkasa ada senja yang lebih indah. Mungkin karena tak terganggu kekotoran duniawi seperti halnya penyekat pandangan kita di bumi.
Senja-senja itu berganti setiap hari. Seperti rentetan slide yang tiada pernah mati. Lengkap dengan kreasi dari sang Maha Pelukis. Rekamlah setiap senja yang kau jumpai… pastikan tak ada sepasang senja pun yang memiliki kesamaan.
Memotret senja di balik jendela pesawat tak semudah hunting sunset di daratan. Perlu selera yang baik untuk memperoleh angle yang baik. Apalagi objeknya hanya langit. Saya sendiri biasanya memilih duduk di seat dekat sayap –lebih sering di kursi emergency— supaya sayap bisa jadi objek siluet.
Toh, memotret langit polos saja pun masih bisa menghasilkan gambar menarik. Suatu hari saya berjumpa langit bening dengan matahari yang tak lagi sangar. Area di sekitarnya menjadi permadani emas dengan guratan awan yang luarbiasa indah. Saya memiringkan kamera dan meletakkan matahari di sudut bawah. Sampai hari ini, saya suka sekali memandangi foto ini.
Dari balik jendela pesawat, angkasa mungkin hendak menyampaikan banyak cerita. Entah pesan dari surga atau sekadar salam dari Tuhan.
Untuk ihwal yang sama, apakah Anda punya cerita?
saya juga suka berburu sunset tu bang win’ tapi blun dapat kesempatan memburunya langsung diangkasa…mudahmudahan ada kesempatan untuk saya nantinya, dan mudah mudahan kaca jendela pesawatnya tidak blur hehe. Anda benar sekali tentang “senja berganti setiap hari..tidak ada sepanjang senja pun yang memiliki kesamaan”
eang itu hasil jepretan poto? bukan hasil editan? bagus ya.. 😀 cuman , kok sempet-sempatnya sih kang.. 😀
kalau foto beginian, biasanya mudah diperoleh di atas bandara soekarno-hatta pada jam-jam setelah magrib. ya kan, kang windede? :p
wah, keren!
aku belum pernah naek pesawat pas lagi sunset…. paling malem…
ato, pagi banget… hihihi..
maklum, cari yang murahan… 😀
Wah sudah lama kesini, ternyata udah punya tampilan baru ya. Pake WordPress pula. Selamat atas “kelahiran kembali” weblognya… 🙂
Kapan mau mampir ke SG lagi? 🙂
bisa dijumptuin tidak senjanya…keren!!
Bro…, alamat blog saya pindah ke http://pancaradis.questh.com ATAU KLIK DI SINI MOHON LINKNYA DI GANTI KE ALAMAT INI YAH, LINK BALIKNYA DI ALAMAT BARU INI JUGA. MAKASIH…:)
Wah… benar-benar super kreatif.. tapi jangan diterusin ahh bro… terutama mengemudi sambil nelpon, plus sambil motret.
OK?
aku tahu kenapa lebih suka duduk di depan emergency door, karena lebih lapang, iya nggak? ukuran badan situkan panjang banget, hehehe