Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Diagonalism, Miringlah Sesekali…

Posted on 15 Juli 2006

Diagonal dari pantai, horison dan langit.

Saya tak pernah belajar teori fotografi. Tak pula punya pengalaman ikut kelas foto. Kursus, apalagi. Hobi motret disalurkan dengan keisengan yang sungguh-sungguh. Kalau keisengan yang sungguh-sungguh saja bisa membawa hasil, gimana keseriusan yang sungguh-sungguh, ya…?

Ah, tapi ini bukan cerita tentang serius atau iseng. Akhir pekan kemarin, saya kembali ke Kotabaru, sebuah kabupaten di ujung selatan Kalsel. Sebagian besar penduduk kabupaten ini tinggal di Pulau Laut, sebuah pulau kecil yang menyendiri di pojok bawah pulau Kalimantan yang raksasa. Salah satu yang menarik di pulau ini adalah pantainya.

Diagonal dari sebuah bangunan bertingkat di dekat Masjidil Haram.Maka, selesai sebuah urusan, saya langsung melarikan diri ke pantai, yang jaraknya tak kurang 15 kilometer dari pusat kota. Di Kotabaru, tak ada yang lebih menarik selain minum air kelapa sambil menyantap pisang goreng di pinggir pantai. Hari menjelang petang, suasana meremang dengan langit biru gelap sisa-sisa siang. Tak ada pemandangan sunset karena matahari tenggelam di sebelah samping.

Saya mengeluarkan kamera, membidik beberapa frame yang ternyata tak begitu menarik. Pantai sepi, dengan ombak tipis dan tanpa matahari, benar-benar objek mentah yang membuat kamera seolah tak berarti. Saya hampir memasukkan kembali kamera ke dalam saku celana ketika tiba-tiba terpikir untuk meng-capture bidang lapang pantai, air laut dan horison pembatas air dan langit, menjadi komposisi diagonal.

Sudut-sudut horison diposisikan persis di ujung-ujung view finder, sehingga tercipta garis melintang tegas di tengah frame dari sudut atas ke sudut bawah. Hasilnya? Tengoklah foto di atas, setidaknya ada 4 lapis warna untuk setiap frame diagonal; hitam dari daratan yang gelap, biru air laut, putih kebiruan untuk horison dan gradasi warna biru tua ke biru muda untuk langit. Maaf, saya tak tahu harus disebut apa ketika 4 foto diagonal itu saya rangkai menjadi lekuk-lekuk segitiga hehehe.

Kreativitas adalah kunci fotografi. Begitu konon kata orang-orang yang jago motret. Saya sendiri lebih sering melakukan percobaan-percobaan, maklum sekarang kamera digital memberi keleluasaan untuk motret sesuka hati. Dulu, ketika masih pakai kamera SLR dengan film negatif jatah kantor, eksperimen foto tak bisa segila era digital. Cuma orang-orang berduit, yang berkemampuan menghabiskan puluhan rol film untuk sebuah sesi pemotretan, yang bisa suka-suka bikin percobaan.

Ihwal foto diagonal, ini bukanlah yang pertama. Saya pernah juga motret bangunan hotel di dekat Masjidil Haram dengan frame miring sehingga membentuk diagonal. Menjadi menarik karena ada pembeda yang tegas antara warna bangunan hotel dengan langit Arab yang biru. Sepintas seperti biasa saja. Tetapi perhatikanlah bahwa positioning sudut kiri atas dan kanan bawah pada foto itu membentuk garis diagonal yang –ternyata— berlekuk-lekuk sehingga sebenarnya tak lagi bisa disebut sebagai garis.

Begitulah. Di kesempatan lain, ketika sedang santai di rumah, saya memotret resleting celana tigaperempat yang sedang saya pakai. Juga dengan komposisi diagonal.

Karena hidup tak harus selalu normal, bukan? Kadangkala kita perlu kemiringan-kemiringan – asal nggak keterusan.

Like & Share

1 thought on “Diagonalism, Miringlah Sesekali…”

  1. windede berkata:
    20 September 2006 pukul 15:43

    testing komentar deh…

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/zE0ioByYHhs

My Instagram

windede

The Cousins. Remake foto 12 tahun bocah-bocah dgn The Cousins. Remake foto 12 tahun bocah-bocah dgn sebagian sepupu Samarinda...
The Siblings (part 2). Ini remake foto 30 tahun la The Siblings (part 2). Ini remake foto 30 tahun lalu (1992). Panjang umur semuanya...
The Siblings (part 1). Remake foto kami kakak-bera The Siblings (part 1). Remake foto kami kakak-beradik 40 tahun lalu: 1982 (atas) dan 2023 (bawah). Alfatihah utk si kembar Shinta (foto atas, kedua dari kiri) yg telah berpulang lebih dulu.
Yg ini okelah buat avatar... 😇😁 Yg ini okelah buat avatar... 😇😁
Hahaha... Machine learning-nya si AI masih harus b Hahaha... Machine learning-nya si AI masih harus banyak belajar...
Lama gak posting. Sekali posting langsung ikut-iku Lama gak posting. Sekali posting langsung ikut-ikutan trend wkwkwk
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Sesekali, biar punya foto keluarga... 😎 Sesekali, biar punya foto keluarga... 😎
Udah lama gak foto bertiga... #fafiva Udah lama gak foto bertiga... #fafiva
Load More Follow on Instagram

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (2): Sewa Mobilnya Murah, tapi Parkir Mahal dan Susah
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (1): Bebas Pilih Destinasi, Biaya hanya Seperempat Paket Wisata
©2023 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme