Malam yang tenang dan damai di kawasan Minggu Raya Banjarbaru. Saya bersama beberapa kawan sedang asyik bercengkerama, ketika secara tiba-tiba tak kurang dari 15 orang, yang rata-rata bertubuh tegap dengan potongan rambut cepak, secara beringas mengamuk. Beberapa orang digebuki, ditonjok perutnya, dipukul kepalanya dan badannya diinjak-injak. Sebuah pertunjukan memilukan dipertontonkan serdadu-serdadu biadab yang sedang mabuk.
Malam itu, seperti biasa, Minggu Raya ramai dengan hiruk-pikuk pengunjung yang sekadar hendak nongkrong atau memang mencari makan. Kawasan yang sejak tahun 2002 ditata apik di tengah kota Banjarbaru ini memang dikenal sebagai tempat nongkrong yang asyik, bukan saja karena tersedia aneka jenis makanan, tetapi juga selama ini aman-aman saja.
Sekira pukul 23.00, lima sepeda motor yang beberapa di antaranya ditumpangi 3 orang terlihat mengelilingi kawasan Minggu Raya. Pengendara dan pembonceng tampak memasang mata seperti mencari sesuatu. Sejumlah pengunjung mulai bisik-bisik, curiga akan terjadi sesuatu. Saya yang saat itu sedang berada di Minggu Raya termasuk yang mencurigai gelagat mereka.
Kecurigaan itu tak meleset. Setelah tiga kali putar-putar, secara tiba-tiba gerombolan itu berhenti di depan pelataran Air Mancur Minggu Raya. Dua orang di antaranya langsung menghampiri seorang pengunjung yang sedang duduk di atas sepeda motor. Tanpa ba-bi-bu pengunjung yang tak tahu apa-apa itu langsung dipukuli. “Kamu ya yang meneriaki kami tadi…!” kata salah seorang anggota gerombolan.
Aksi beringas mereka tak sampai di situ. Seorang pengunjung lain yang sedang berdiri juga dihadiahi pukulan di perut dan kepala. Bahkan seorang pria setengah baya yang diketahui adalah pedagang sayur di Pasar Banjarbaru juga tak luput dari amuk mereka. Beberapa orang yang berusaha melerai justru dikejar dan ditantang berkelahi.
Tak puas dengan memukuli pengunjung, mereka lantas mendatangi meja-meja tempat masyarakat sedang makan atau ngobrol. Sambil mengumpat dan menyuruh semua orang bubar, meja-meja itu ditendangi sampai terbalik dan semua yang ada di atas meja berhamburan ke tanah. Salah satu yang diperlakukan seperti itu adalah meja tempat saya dan beberapa kawan sedang ngobrol.
Salah seorang anggota gerombolan lantas berteriak; “Tutup semua… Tutup! Bubarrrr! Kalau tidak bubar kami hancurkan semua.”
Pria berambut cepak ini berteriak sambil mengacung-acungkan senjata tajam jenis sangkur. “Kami akan kembali lima menit lagi. Kalau tidak bubar… hancurrrr kalian semua!!!” katanya. Seketika itu juga pria ini menebaskan sangkurnya ke arah lampu taman sampai lampu tersebut pecah.
Siapa gerombolan anak-anak muda bertubuh tegap berambut cepak itu? Tentu saja serdadu! Mereka masih muda-muda, seperti baru selesai pendidikan, dan mengamuk dalam keadaan mabuk. Sebuah potret buruk aparat yang dari dulu memang lebih suka bikin onar daripada menebar kedamaian.
Orang-orang terlatih itu, tak kunjung diuji kemampuannya dalam perang, sehingga masyarakat jadi bulan-bulanan untuk latihan perang. Orang-orang tak berdosa jadi korban. Yang menyedihkan, sampai dua hari setelah kejadian tak ada satu institusi militer pun yang mau mengakui anggotanya terlibat. Semua bungkam, termasuk para komandan yang takut jabatannya dicopot kalau ketahuan punya anakbuah yang meneror masyarakat.
Hmmm… bertambah lagi coreng di wajah republik babak belur ini…
Tunjuk aja Mas orang yg berambut cepak itu dan laporkan. Gak usah takut… kan ada HAM?! Saran aja Mas….knapa gak langsung sebut dari serdadu mana….daratkah? lautkah? udarakah? So di jaman keterbukaan ini gak usalah menggunakan kata-kata yg bercabang sehingga saya yg seorang serdadu langit (udara) yg gak tau apa2 dgn kejadian itu jdi ikut-ikutan menanggung dosa. Mungkin ato memang orang yg berambut cepak sambil mengacungkan sangkur itu serdadu….tapi ingat lho Mas…yg berambut cepak itu tidak hanya serdadu aja….mungkin Mas juga rambutnya cepak tapi gagah, tegap ato tidak bodynya biar Mas sendirilah yg menilai. Nah….biar cerita/omongan Mas lebih berbobot/dapat dipercaya dan tidak membuat serdadu lain yg baik hati dan tidak sombong serta rajin menabung (…seperti saya, he..he…he..) jadi salah tingkah …..sebaiknya lain kali diperjelas. Contohnya…Ahmad Albar ditangkap Polisi karana nyabu….jangan ditulis penyanyi rock era 90-an ditangkap….. bisa2 ikang fauzi, sigit subangun, gito rollies, eki lamoh bahkan bon jovi-pun bisa ikutan tersungging(…baca:tersinggung). Ato Edi Tanzil korupsi…jgn ditulis mantan mahasiswa universitas xxxx koropsi…, wah para mahasiswa dari universitas xxxx itu bisa ikut tercoreng. (eh…edi tanzil pernah kuliah kagak sich??). Klo sudah jelas pelakunya…tunjuk aja orangnya tapi klo masih belum… gunakan kata-kata yg sopan. Ingat….”jagalah hati jangan kau nodai,jagalah hati lentera hidup ini….”
Saya melihat kasus narkoba ini sangat memalukan. Contohlah Rockers edan Eki Lamoh yang tidak menyentuh barang haram seperti itu. Biar banyak orang mencaci maki dia, tapi dia tetap asik saja dengan hidupnya yang sederhana. Eki, you are the best rockers in Indonesia ever!
jangan donk Pak…. jangan di pukul… lawan bapak bukan org sipil,lawan bapak ialah serdadu juga.Jadi serdadu vs serdadu.Saya mengerti mungkin ini masalah pribadi bukan berarti harus begini.Seorang serdadu akan lebih terlihat wibawa & gagah jika ia utamakan perdamaian,sekecil apaun itu pasti akan selalu di kenang masyarakat.Lakukan lah dgn musyawarah sedikit,jika tdk bisa baruuuu….