Hiruk-pikuk Bandara Don Muang Bangkok menyambut kedatangan saya di Thailand, ketika pesawat mendarat di hari yang mulai senja. Bandara tua ini (konon telah beroperasi sejak tahun 1914) sesak dengan manusia yang hilir-mudik entah baru datang atau hendak pergi.
Ketika kaki melangkah ke counter money changer, sebuah SMS masuk. “Alow mas, dah sampe bkk? Dapet hotel dmana?….”
SMS ini datang dari “bapak bloger Indonesia”, Enda Nasution, yang memang sudah saya kontak dan akhirnya janjian untuk berjumpa.
Padatnya lalu-lalang manusia tidak sebanding dengan ketersediaan taksi. Antrean panjang sekali, mungkin lebih dari 100 meter. Saya sudah hampir putus asa karena berdiri antre menunggu taksi adalah pekerjaan yang … hmmm… agak kurang kerjaan. Akhirnya naluri Indonesia saya bangkit, dengan berjalan sedikit dan mencegat taksi lewat tanpa harus antre. Dari bandara sampai kota, harus keluar duit 350 baht. Yeah, lebih kurang Rp100 ribu.
Saya menginap di First Hotel, Petsbhuri Street, sebuah kawasan padat dan sibuk di pusat kota. Hari sudah gelap ketika tiba di hotel. Setelah menyimpan barang, saya langsung pergi ke Siam Paragon. Di pusat perbelanjaan yang baru dibuka ini saya janjian ketemu Enda.
Dari hotel naik angkutan bernama “Tuk Tuk” yang modelnya mirip bajaj tapi lebih lebar. Jarak ke Siam Paragon sebenarnya tidak terlalu jauh. Paling banter 15 menit kalau jalan kaki. Tapi, selain lelah, pilihan naik Tuk Tuk ternyata menarik. Sampai di lobi Siam Paragon, saya harus bayar Tuk Tuk 75 baht.
Di Siam Paragon Enda sudah menunggu. Ini pertemuan saya yang pertama dengan tokoh blog ini. Orangnya sederhana dan bersahaja. Kami memilih nongkrong di Galery Foodhall sambil makan malam. Saya memesan Tom Yam Kum, kuah sop pedas khas Thailand. Enda makan salad pepaya muda dan chicken wing, sementara Jaya, kawan seperjalanan saya, yang memang sedikit agak repot untuk urusan makan, hanya menyantap dua potong kue kik.
Setelah makan malam dan ngobrol ngalor-ngidul di Siam Paragon, kami menuju stasiun BTS, angkutan skytrain yang melintasi sudut-sudut kota Bangkok dari ketinggian. Tujuan kami adalah Suan Lum Night Bazaar, sebuah pasar malam tempat pedagang-pedagang souvenir dan juga pusat jajan. Sebuah areal terbuka diisi ratusan meja yang penuh pengunjung. Di depan ada panggung di mana sekelompok band manggung. Tempat ini juga biasa disebut sebagai Beer Garden, karena memang banyak orang menghabiskan malam sambil minum bir di sini.
Kehidupan malam di Bangkok pastilah menarik. Sayangnya, saya sudah cukup lelah untuk keluyuran. Lebih baik waktu dipergunakan untuk istirahat supaya besok siang bisa fresh dan lebih fit untuk jalan-jalan. Maklum, di Bangkok tidak lama, karena Rabu sore sudah harus terbang ke Kuala Lumpur lagi.
Hmmm… namanya juga laporan singkat, sekadar berbagi kabar. Nanti banyak cerita dibagi setelah sampai di kampung halaman.
testing komentar lagi…