Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Melajulah di Tikungan

Posted on 19 Januari 2006

Saya termasuk pengemudi yang suka ngebut di jalan. Meski begitu, bukan kategori ugal-ugalan. Prinsipnya sih biar cepat asal selamat. Sayangnya situasi menjadi berbeda ketika saya duduk di kursi penumpang. Setiap kali disopiri, saya suka was-was. Bahkan meskipun yang mengemudi adalah sopir berpengalaman.

Tetapi disopiri itu ternyata ada enaknya juga. Selain bisa tidur (untuk perjalanan jauh), juga bisa motret-motret sesuka hati. Seperti ketika dalam perjalanan menuju Loksado, kebanyakan gambar saya capture dari mobil dalam perjalanan. Tentu menjadi sulit memotret ketika mengemudi sendiri. Meskipun kadang-kadang, dengan sedikit nekat, bisa juga dapat gambar seperti posting saya sebelumnya di sini.

Ada banyak tantangan ketika kita sedang memotret dalam keadaan melaju di jalan raya. Selain momen menarik yang bisa terlewat, juga perlu sedikit pemahaman mengenai teknis kamera. Sebab salah setting bisa bikin gambar shake tidak karuan. Urusan tone juga harus hati-hati, mengingat kebanyakan kaca mobil sudah diberi film pelapis yang mendistorsi warna alami di luar sana.

Di tengah perjalanan, sambil jeprat-jepret pemandangan, saya iseng men-set kamera ke posisi low speed dengan bukaan diafragma lebih tinggi. Sopir saya minta memacu mobil tak lebih dari 60 km/jam, supaya jeda rekam setelah memencet shuter kamera tidak terlalu lama, lantas bisa memperoleh efek melaju yang luarbiasa.

Hasilnya? Tengoklah dua foto di posting ini. Framing berhasil membekukan sepotong perjalanan, menjadi benar-benar tampak freeze. Ada kesan mobil sedang melaju di kecepatan sangat tinggi. Padahal itu hanya efek freezing dengan low speed shuter. Tidak benar-benar melaju.

Ada beberapa kawan yang setengah tidak percaya, ketika saya bilang bahwa untuk memperoleh gambar seperti ini cukup memakai kamera digital saku sekelas Nikon Coolpix 5600 saja. Dengan SLR digital tentu akan lebih maksimal lagi, karena selain fasilitas freezing-nya pasti lebih baik, pengaturan speed dan diafragma juga pasti lebih leluasa. Tetapi, digital pocket sekarang sudah semakin canggih. Kecil-kecil cabe rawit. Fasilitasnya lengkap, resolusi gambar tinggi, tinggal pandai-pandai mengoperasikan saja.

Fotografi, seperti pernah saya bahas di posting sebelumnya, adalah perpaduan momen, feeling dan teknik. Alat yang canggih tak akan berarti bila secara teknik kita tidak menguasai. Alat canggih dengan penguasaan teknik yang memadai juga percuma, jika momennya biasa-biasa saja. Di atas semua itu, feel tetap menjadi penentu. Dengan feel yang baik, yakinlah, alat yang sederhana dan momen yang biasa saja bisa juga menghasilkan karya foto sempurna.

Saya sendiri merasa belum punya feel yang cukup, meskipun, jujur saja, saya selalu bangga dengan foto-foto jepretan saya. Oh iya. Foto-foto Loksado Trip sebagian sudah saya upload di Galeri Foto Windede. Sila singgah bila berkenan.

Like & Share

2 thoughts on “Melajulah di Tikungan”

  1. Leequisach berkata:
    3 Mei 2007 pukul 22:19

    seraaaaaaaaaaam
    it must have been driven damn fast there

    Balas
  2. anas berkata:
    6 Januari 2008 pukul 14:54

    wah saya salut dgn pengalaman jelajah negeri nya.aku juga pernah ke loksado…..tapi nggak bisa ambil foto sebagus anda!
    kamera cuma sebuah kamera digital biasa…tapi hasilnya cukup membanggakan bagi aku pribadi.
    plis buka blog aku.kita berbagi pengalaman lah dlm hal tulis menulis di layar komputer yg kadang bikin aku heran kenapa ya dunia makin canggih???

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/zE0ioByYHhs

My Instagram

windede

The Cousins. Remake foto 12 tahun bocah-bocah dgn The Cousins. Remake foto 12 tahun bocah-bocah dgn sebagian sepupu Samarinda...
The Siblings (part 2). Ini remake foto 30 tahun la The Siblings (part 2). Ini remake foto 30 tahun lalu (1992). Panjang umur semuanya...
The Siblings (part 1). Remake foto kami kakak-bera The Siblings (part 1). Remake foto kami kakak-beradik 40 tahun lalu: 1982 (atas) dan 2023 (bawah). Alfatihah utk si kembar Shinta (foto atas, kedua dari kiri) yg telah berpulang lebih dulu.
Yg ini okelah buat avatar... 😇😁 Yg ini okelah buat avatar... 😇😁
Hahaha... Machine learning-nya si AI masih harus b Hahaha... Machine learning-nya si AI masih harus banyak belajar...
Lama gak posting. Sekali posting langsung ikut-iku Lama gak posting. Sekali posting langsung ikut-ikutan trend wkwkwk
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Sesekali, biar punya foto keluarga... 😎 Sesekali, biar punya foto keluarga... 😎
Udah lama gak foto bertiga... #fafiva Udah lama gak foto bertiga... #fafiva
Load More Follow on Instagram

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (2): Sewa Mobilnya Murah, tapi Parkir Mahal dan Susah
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (1): Bebas Pilih Destinasi, Biaya hanya Seperempat Paket Wisata
©2023 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme