Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Pilih Sawah atau Atap Ruko?

Posted on 16 Desember 2005

Ini bukan ulasan sepakbola. Maklum, saya termasuk sangat awam untuk urusan olahraga yang sungguh populer ini. Jangankan peta kekuatan klub sepakbola, nama-nama pemain saja saya tak begitu hapal. Saya hanya nonton bola kalau lagi siaran langsung final piala dunia. Lumayan kan, 4 tahun sekali.

Saya mau cerita soal dunia bermain yang semakin kehilangan tempat. Bukan game zone modern yang komersial dan mahal itu. Tetapi ruang publik untuk sekadar rehat dari hiruk-pikuk kesibukan sehari-hari. Tidak di kampung, tidak di kota; ruang publik semakin tergerus oleh kepentingan ekonomi.

Kota-kota tua di republik ini memberi peninggalan sejarah yang sungguh berarti; alun-alun kota, tempat ramai orang berkumpul sekadar nongkrong sore hari, menikmati panorama kota sambil menghirup udara segar. Sebagian alun-alun masih bertahan, sebagian lagi sudah berubah menjadi pusat perbelanjaan.

Di kampung-kampung, lapangan sepakbola adalah hamparan tanah kosong yang kebetulan kosong. Biasanya karena pemiliknya tak punya ide mau dibuat apa. Tidak sungguh-sungguh disiapkan sebagai lapangan bola. Di musim hujan permainan menjadi seru oleh genangan air dan tanah yang becek. Di saat kemarau, tanah kering dan bengkang menjadi bagian yang menantang.

Orang kampung yang punya lebih banyak lahan saja sudah sulit bermain di alam terbuka. Apalagi orang kota. Anak-anak kita di perkotaan harus bermain bola di emperan toko atau sudut-sudut jalan dan gang permukiman. Lapangan sepakbola hanya khusus untuk klub dewasa, atau sekolah-sekolah olahraga.

Suatu hari di Jakarta, dari balik jendela kamar hotel, saya melihat belasan anak asyik bermain bola di atas atap (atau dak?) sebuah bangunan ruko berlantai tiga. Lapangan tempat bermain tentu saja lantai beton. Saya menginap di lantai 8. Dan, sambil termangu mengintip kegembiraan anak-anak itu, saya merasa menyaksikan sesuatu yang lebih dahsyat daripada nonton laga sepakbola sungguhan.

Di tengah kesibukan Jakarta yang dahsyat, ada sedikit ruang di lantai tiga sebuah bangunan, tempat anak-anak itu teriak lepas, menendang dan menggocek bola berkejar-kejaran. Mereka tak mungkin bermain di taman kota karena itu akan membuat mereka berurusan dengan petugas kamtib. Tak mungkin pula berkejar-kejaran di jalan raya sebab untuk lewat mobil dan motor saja sudah tak cukup.

Saya dibesarkan di kampung dan masih ingat ketika tujuhbelasan, pertandingan antar kampung (tarkam) adalah tontonan paling menarik sedunia. Lapangannya begitu sederhana, tapi memang disiapkan untuk bermain bola. Bukan sawah yang disulap dengan gawang dari tali rafia, atau atap ruko berpembatas pagar sedada.

Hari ini kita dituntut lebih kreatif lagi mencari lahan terbuka, sekadar untuk bermain bola. Sesekali lepas dari penjara play station atau game zone dan merasakan nikmatnya alam. Entah alam sawah di kesunyian desa-desa, atau alam beton di hiruk-pikuk kota.

Like & Share

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/zE0ioByYHhs

My Instagram

windede

Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaa Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaaaa
Si bungsu udah macam anak tunggal... Si bungsu udah macam anak tunggal...
Sesi foto tiga generasi... Sesi foto tiga generasi...
Baru terima nih official photos dari graduation du Baru terima nih official photos dari graduation dua pekan yg lalu. Harus diposting dong yak, hahaha...
Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefudd Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc.
Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat, S.Ag., M.H.
Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukur Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukuran badan hehe 😁
Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓 Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Load More Follow on Instagram

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (2): Sewa Mobilnya Murah, tapi Parkir Mahal dan Susah
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (1): Bebas Pilih Destinasi, Biaya hanya Seperempat Paket Wisata
©2023 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme