Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Bangga Jadi Orang Indonesia?

Posted on 30 November 2005

Inilah Indonesia. Negeri yang, meminjam istilah Jusuf Kalla, paling sering dihina oleh penduduknya sendiri. Bukan karena penduduknya tidak sopan. Tapi karena hinaan itu lebih banyak merupakan kenyataan.

Di Aceh, pasca damai RI-GAM, hanya 56 persen warga Tanah Rencong yang bangga menjadi bagian dari Indonesia. Selebihnya tidak. Paling kurang, itulah hasil survei LSI yang di-publish kemarin. Menurut LSI, warga Aceh yang mengidentifikasi diri sebagai Indonesia bahkan hanya 45,6 persen. Sisanya lebih senang tampil dengan identitas Aceh atau agama.

Dalam beberapa kesempatan ke luar negeri saya sering mengaku sebagai orang Kalimantan. “I am from Kalimantan.” Setelah ditanya di manakah gerangan Kalimantan itu, barulah saya jawab Indonesia. Bukan karena saya tidak bangga jadi orang Indonesia. Tapi karena (barangkali) saya “lebih bangga” jadi orang Kalimantan.

Rasa bangga (atau tidak bangga) menjadi penduduk negeri memang tidak selalu berhubungan dengan kadar nasionalisme seseorang. Menurut saya nasionalisme tak bisa diukur dari sekadar ungkapan. Cinta Tanah Air adalah sesuatu yang real, bukan cita-cita atau janji. Nasionalisme diukur dari perbuatan – apa faedah hidupmu untuk bangsamu.

Tengoklah penjahat-penjahat negara yang berkedok suci itu. Mereka dalam keseharian tampil bersahaja, menjunjung tinggi simbol-simbol negara, bicara tentang kebangkitan nasional dan kesejahteraan masyarakat, mengurai visi masa depan bangsa yang lebih baik. Tapi di balik topeng kebaikan itu mereka korupsi, menjarah kekayaan negeri untuk urusan perut sendiri. Nasionalisme mereka tipu-tipu, sungguh, tipu-tipu! Merekalah, orang-orang sok nasionalis itu, yang sesungguhnya merusak dan menggerogoti kewibawaan republik ini. Membuat orang Indonesia malu menjadi Indonesia.

Apakah yang pantas dibanggakan dari negeri yang rangking korupsinya masih di tiga besar dunia? Para pemimpinnya sibuk berkelahi? Hukumnya mudah dibeli? Wakil rakyatnya lebih banyak menipu daripada bekerja? Korupsi telah menjadi budaya, dimaklumi karena biasa, tak bisa diberantas karena yang mau memberantas terlibat juga!

Tentu ada motif sejarah kalau sampai hari ini, sebagian warga Aceh tidak bangga menjadi Indonesia. Tetapi cobalah bertanya kepada penduduk Indonesia di sudut yang lain. Masihkah mereka bangga – dengan sebenar-benarnya bangga?

Saya sendiri, masih dan akan terus bangga menjadi Indonesia – sebatas dalam pengertian karena Tuhan memang memutuskan saya menjadi bagian dari republik carut marut ini.

Like & Share

3 thoughts on “Bangga Jadi Orang Indonesia?”

  1. Gebleg berkata:
    11 Desember 2006 pukul 17:05

    Aku nggak bangga jadi orang indonesia

    Balas
  2. aryo berkata:
    13 Desember 2007 pukul 09:17

    dasar gebleg mah goblog

    Balas
  3. sza2 berkata:
    2 Oktober 2009 pukul 16:11

    gw bangga kok jadi indonesia,, klo kita liat segala sesuatu dari semua yang negativ yah ga akn pernah bangga..
    sama kaya lu selalu liat diri lu dengan semua kejelekan lu, lu pasti ngutuk Tuhan karena lu diciptakan seperti itu, tapi liat lah positif nya.
    kalo lu bilang Indonesia sering di hina -dan memang kenyataan nya seperti itu- yang harus lu pikirin bukan gimana orang ngubah bangsa ini, tapi apa yang bisa lu kasih buat bangsa ini..
     
    semangat perjuangan para pahlawan kita ga gampang loh, jadi dukung mereka yah atas kemerdekaan ini.

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/zE0ioByYHhs

My Instagram

windede

The Cousins. Remake foto 12 tahun bocah-bocah dgn The Cousins. Remake foto 12 tahun bocah-bocah dgn sebagian sepupu Samarinda...
The Siblings (part 2). Ini remake foto 30 tahun la The Siblings (part 2). Ini remake foto 30 tahun lalu (1992). Panjang umur semuanya...
The Siblings (part 1). Remake foto kami kakak-bera The Siblings (part 1). Remake foto kami kakak-beradik 40 tahun lalu: 1982 (atas) dan 2023 (bawah). Alfatihah utk si kembar Shinta (foto atas, kedua dari kiri) yg telah berpulang lebih dulu.
Yg ini okelah buat avatar... 😇😁 Yg ini okelah buat avatar... 😇😁
Hahaha... Machine learning-nya si AI masih harus b Hahaha... Machine learning-nya si AI masih harus banyak belajar...
Lama gak posting. Sekali posting langsung ikut-iku Lama gak posting. Sekali posting langsung ikut-ikutan trend wkwkwk
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Sesekali, biar punya foto keluarga... 😎 Sesekali, biar punya foto keluarga... 😎
Udah lama gak foto bertiga... #fafiva Udah lama gak foto bertiga... #fafiva
Load More Follow on Instagram

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (2): Sewa Mobilnya Murah, tapi Parkir Mahal dan Susah
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (1): Bebas Pilih Destinasi, Biaya hanya Seperempat Paket Wisata
©2023 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme