Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Larangan Dibuat untuk Dilanggar

Posted on 12 November 2005

Manusia sudah dari sononya suka melanggar aturan. Lebih sering menantang daripada menurut. Lebih suka melawan ketimbang patuh. Sebuah tabiat yang agaknya memang telah turun-temurun menitis dalam darah setiap jiwa. Mungkin bermula dari kisah Adam yang makan buah kuldi lantas terlempar dari surga dan terdampar ke bumi. Entahlah.

Tetapi ihwal melanggar aturan ini sudah menjadi denyut hidup kita sehari-hari. Di kampung saya, jembatan penyeberangan dibangun untuk jadi pajangan. Sebab orang memilih menyeberang di jalan raya daripada harus capek naik turun tangga. Lagi pula, kalau ada yang mudah, untuk apa pakai cara susah?

Di setiap perempatan, rambu lampu hanyalah kedip warna merah-kuning-hijau yang cukup dipatuhi bila terpaksa. Setiap ada kesempatan untuk menerobos, tak peduli lampu sedang berwarna apa, sikat saja. Boleh jadi itu pula alasan sehingga traffic light lebih sering disebut sebagai lampu merah. Bukan lampu hijau atau kuning.

Papan rambu di sepanjang jalan selalu menulis larangan untuk mendahului dari sebelah kiri. Tetapi repot juga, karena semua mobil memilih jalur sebelah kanan meskipun berjalan lambat. Ya satu-satunya ruang untuk menyalip adalah sebelah kiri (yang dilarang itu), karena menyalip dari kanan sama saja bersengaja menabrak median jalan.

Tempat-tempat umum memasang larangan merokok. Ruang publik, terutama yang tertutup dan berpendingin, harus bebas dari asap. Toh, para perokok lebih sering cuek. Mereka dengan sengaja melakukan kesalahan untuk dua hal: pertama, menyebar racun asap kepada orang sekitar; kedua, melanggar aturan.

Begitu banyak larangan dilanggar dalam kesadaran. Sebagian karena terpaksa, sebagian lagi dengan penuh sengaja. Dari urusan yang teramat kecil dan remeh temeh seperti membuang sampah, sampai urusan besar semisal melanggar sumpah.

Tetapi memang tidak selamanya para pelanggar aturan bersalah. Kadang-kadang, yang bikin aturan suka ngawur juga. Kenapa, misalnya, orang dilarang menelepon di SPBU, sementara kisah tentang arus lemah listrik pada antena telepon selular menjadi penyebab kebakaran itu sampai sekarang masih berupa dongeng. Kasusnya tentu beda dengan larangan mengaktifkan nada dering handphone di bioskop, karena siapa pun pasti tak ingin terganggu ketika menonton.

***

Saya termasuk suka melanggar aturan, baik sadar maupun tidak. Yang sadar biasanya saya lakukan karena tak setuju dengan aturan itu. Baik karena aturannya tidak masuk akal maupun karena unsur mitos lebih besar daripada logikanya. Artinya, saya melanggar karena memang berniat melanggar. Yang tidak sadar –atau setengah sadar— biasanya terjadi karena saya tidak tau kalau yang saya lakukan itu melanggar.

Dalam hal lain saya suka melanggar karena iseng. Misalnya, saya sering baru naik pesawat setelah petugas memanggil nama saya untuk panggilan terakhir, padahal saya ada di ruang tunggu sejak panggilan pertama. Di dalam pesawat saya suka belakangan memasang sabuk pengaman supaya pramugari menghampiri dan dengan sedikit cemberut meminta saya memasang; dan kadang-kadang dengan blo’on saya minta dipasangkan hehehe.

Begitulah. Sampai suatu hari di Arab Saudi saya nekat memotret Ka’bah dari dalam areal Masjidil Haram, sambil menguji cerita orang bahwa bila ketahuan askar (polisi Arab) kamera bakal dibanting. Saking isengnya, papan larangan memotret pun ikut saya potret! Sebuah pelanggaran yang belakangan saya sesali: niat ibadah kok malah mau nguji askar segala.

Like & Share

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/zE0ioByYHhs

My Instagram

windede

Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaa Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaaaa
Si bungsu udah macam anak tunggal... Si bungsu udah macam anak tunggal...
Sesi foto tiga generasi... Sesi foto tiga generasi...
Baru terima nih official photos dari graduation du Baru terima nih official photos dari graduation dua pekan yg lalu. Harus diposting dong yak, hahaha...
Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefudd Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc.
Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat, S.Ag., M.H.
Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukur Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukuran badan hehe 😁
Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓 Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Load More Follow on Instagram

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (2): Sewa Mobilnya Murah, tapi Parkir Mahal dan Susah
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (1): Bebas Pilih Destinasi, Biaya hanya Seperempat Paket Wisata
©2023 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme