Inilah lagi bukti indahnya Indonesia. Pemandangan di bawah dan di atas sama-sama menakjubkan. Bila orang menyelam ke dasar laut, keindahan terumbu-terumbu karang adalah surga yang nyata. Di permukaan bumi Nusantara, setiap lanskap laut dan bukit adalah cantik. Begitu pun ketika kita terbang melayang ke angkasa, terhampar lukisan peta tiga dimensi yang luar biasa istimewa.
Kecuali terumbu karang (karena tak bisa menyelam), saya menikmati sebagian keindahan Indonesia dalam perjalanan mudik pekan lalu. Lanskap bukit dan laut adalah pemandangan sehari-hari di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Dalam perjalanan pulang, saya menikmati kekayaan Pulau Jawa, yang dilintasi pesawat pada penerbangan Selaparang-Juanda.
Setiap bepergian dengan pesawat, saya memang selalu memilih seat di sebelah jendela. Sampai hari ini tak pernah bosan menikmati pemandangan di bawah. Hanya saja memang tidak setiap kesempatan terbang saya manfaatkan untuk memotret. Kemarin, ketika terbang dari Mataram ke Surabaya, saya menyiapkan kamera untuk memotret sebanyak mungkin pemandangan di balik jendela pesawat. Untungnya dapat seat di 2A, posisi yang lumayan strategis.
Selepas take off dari Selaparang, view yang menarik adalah hamparan pantai pasir putih Pulau Lombok yang seolah menjadi garis batas permukiman penduduk dengan laut. Pohon-pohon kelapa menjadi titik-titik hijau yang semakin jauh semakin menghitam.
Hanya satu atau dua menit berada di atas laut, sebuah daratan kembali terhampar. Saya menduga ini adalah salah satu bagian dari Pulau Bali [maklum, saya tidak sedang memegang peta sehingga hanya menebak saja, sementara pengetahuan geografi saya minim sekali hehehe]. Di kejauhan tampak rumah-rumah yang menjadi mungil di kaki dataran tinggi yang entah bernama apa. Terus berbaris memuncak ke sebuah gunung dengan kawah tanah cokelat tanpa tanda-tanda vulkanik. Tak begitu jelas juga gunung apa.
Pesawat terlalu laju untuk berlama-lama menikmati gunung itu. Sampai akhirnya daratan menghilang, kembali bertemu laut, dan tak lama sudah berada di atas daratan lagi. Saya (lagi-lagi) menduga bahwa kami berada di atas pulau Jawa. Mula-mula yang tampak hanyalah kawasan permukiman padat, mungkin daerah Banyuwangi. Tak lama kemudian terlihat hamparan gunung-gunung dengan sejumlah danau di kiri-kanan.
Begitu luas bumi sampai-sampai sulit membayangkan bahwa ada bagian yang lebih detil lagi bila kita meluncur ke bawah. Rumah yang tampak kecil itu sesungguhnya besar. Gunung yang bisa tertangkap mata itu juga pastilah berjuta kali lipat lebih besar dari jendela pesawat. Seperti halnya orang-orang di darat sana memandang pesawat di ketinggian sebagai benda yang kecil; besar dan kecil akhirnya hanya soal dari mana mata memandang.
Memotret dari balik jendela pesawat memang gampang-gampang susah. Yang paling sering jadi masalah adalah, tidak selalu kita hoki dapat jendela yang bersih. Maklum, ngapain juga maskapai peduli dengan urusan jendela ini. Karena itu banyak yang hanya membersihkan jendela bagian dalam, sementara di bagian luar dibiarkan kotor.
Di menit ke sekian perjalanan itu, saya memotret lagi sebuah objek menarik, yakni satu pulau kecil (setidaknya bila dibandingkan dengan pulau Jawa, misalnya) di tengah laut. Sekeliling pulau itu dibatasi garis pantai yang tampak putih bersih. Daratannya dipenuhi rumah-rumah penduduk. Sampai tulisan ini saya posting, saya belum tahu pulau apakah itu. Saya juga belum berusaha sedikit pun untuk mencari tahu lewat peta. Saya hanya berpikir, kalau dari ketinggian saja pulau itu tampak begitu cantiknya, bagaimana bila kaki terjejak ke sana?
subhanallah…… bagus bangetttt. belum pernah aku melihatnya