Di tengah konsentrasi menumpas jaringan terorisme dunia, Amerika disibukkan oleh terorisme baru yang jauh lebih sulit dibendung. Badai-badai berkekuatan tinggi menyapu sejumlah kota. Nama-nama nan cantik lantas dilekatkan kepada para “teroris” itu; sebagian yang terkenal adalah Katrina, Rita dan Wilma.
Apa gerangan yang menginspirasi seseorang menentukan sebuah nama? Kenapa website ini dinamai Windede, bukan Dedewin, misalnya? Kenapa seorang pandai yang suka ngegombal itu menamai dirinya Kere Kemplu, kok bukan Sugih Bijak…
Seorang kawan, dua tahun silam, tengah tergila-gila dengan internet. Pada masa kegilaan itu memuncak, istrinya melahirkan anak ke tiga, seorang bayi perempuan. Seketika itu juga si kawan menamai anaknya ASTARANETA. Saya tanya, apa arti nama itu? Dia bilang, nggak ada. Cuma dimirip-miripin dengan; ASyik TiAp haRi Aku interNETAn. Kawan yang satu ini juga menamai anak pertamanya ANTRAGAMA. Penyebabnya simpel: waktu anak itu lahir, sang bapak sedang kuliah S2 di Antropologi Gajah Mada.
Keputusan pemberian nama memang tidak selalu dilatarbelakangi makna-makna filosofis, meskipun kerap juga orang membuat rumusan-rumusan sedikit rumit untuk mendapatkan nama yang baik sekaligus unik. Di situs Nama Bayi ini, misalnya, kombinasi huruf dan kata dirangkai menjadi nama-nama yang istimewa.
Kita tentu sulit menebak kenapa, misalnya, penemu nama Gudang Garam memilih nama yang jauh dan tak berbau urusan rokok sedikit pun. Kenapa tidak dinamai Gudang Tembakau saja? Dalam kasus-kasus seperti ini, konsep mengenai “makna nama” memang tak selalu bisa diandalkan.
Bagi sebagian orang, nama adalah juga doa. Makanya, ada anjuran untuk menamai anak dengan kata-kata yang bermakna baik. Supaya setiap kali dipanggil, maka panggilan itu menjadi doa. Tentu jangan terlalu pusing bila ternyata ada juga orang yang memilih kata bermakna kurang baik untuk namanya. Misalnya, menamai diri kere supaya nggak ketahuan kaya.
Kembali ke soal Katrina, Rita dan Wilma. Sebenarnya pilihan-pilihan nama badai ini adalah kreativitas bule-bule amrik yang mengurus soal badai. Konon diambil dari nama orang-orang suci, sekadar untuk memudahkan penyebutan. Entahlah, apa pula alasan mereka sehingga orang-orang suci itu dipakai namanya justru untuk sebuah kejadian yang menghancurkan.
Di negeri kita, nama-nama tokoh biasanya diabadikan untuk nama jalan, nama gedung, nama masjid atau nama yayasan. Pendek kata untuk urusan yang baik-baik sebagai bentuk penghormatan. Padahal, kalau mau meniru Amerika, kita bisa namai tsunami di Aceh sebagai badai Cut Nyak Dien, atau badai Cut Keke…
Membaca tulisan tentang “wanita-wanita peneror dunia”
cukup menarik juga bagi saya. Apa lagi kalau kita membaca berita di koran-koran dan juga mendengar berita di televisi. Nama-nama badai kok bagus-bagus juga ya. Tetapi sebab badai itu banyak orang menjadi
korban.
Kalau saya mempunyai anak perempuan nantinya mau juga
saya beri nama Wilma.
Menurut saya nama tidak bisa menjadi patukan orang itu
bakal menjadi baik, sukses, terkenal dll.
Pembentukan karater seseorang ditentukan oleh pendidikan: dalam keluarga, sekolah lengkungan dan pergaulan.
iya ya koq nama2 badai di Amrik sana keren2 c….?
yang paling saya suka adalah Katrina,,,,keren banget nama badainya hehe…