Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Ketika Busana Sudah Tak Penting

Posted on 22 Juli 2005

Apakah arti busana bagi Anda? Pelindung tubuh? Pembungkus badan? Prestise?

Di zaman serba modis seperti sekarang, busana sering jadi ukuran penghargaan terhadap seseorang. Masuklah Anda ke sebuah dealer mobil mewah. Kenakan pakaian lusuh tak beraturan.
Bahkan meskipun saat itu Anda membawa uang yang cukup untuk beli 3 biji mobil sekaligus, Anda bakal terhalang di pos satpam. Bisa dikira gembel, atau orang minta sumbangan.Sebaliknya datanglah sekali lagi. Berpakaianlah yang rapi dengan parfum wangi. Anda akan disambut dengan sukacita, atau setidaknya senyum ramah gadis-gadis di sales counter — meskipun sebenarnya Anda sedang tidak punya sekeping uang pun.

Saya termasuk yang jarang berpakaian rapi — walaupun tidak dalam pengertian lusuh atau jorok. Sehari-hari lebih sering memakai celana jins, kemeja kotak-kotak dan sepatu kets. Tetapi saya termasuk “penurut” karena masih bisa mengubah penampilan menjadi formal untuk suasana yang formal. Artinya, setidakrapinya saya ini, masih ngerti lah tak mungkin pakai kaos oblong untuk sebuah acara di mana semua orang memakai jas dan dasi.

Maka, busana sesungguhnya hanyalah ritual budaya. Di suku tertentu di Irian, pengertian berpakaian rapi adalah memakai koteka. Di Kalimantan, untuk disebut rapi harus pakai baju teluk belanga dan kain tutup kepala. Di Pantai Kuta, berpakaian rapi untuk wanita adalah G-String dan beha. Di mal atau plaza, berpakaian rapi itu adalah celana tiga perempat dengan atasan tanktop ketat.

Saya percaya performa seseorang tidak melulu dipengaruhi oleh pakaiannya. Banyak orang yang, dibungkus busana seperti apa pun, akan tetap tampak baik. Jadi, saya bingung juga, kenapa acara-acara resmi di DPR sana, misalnya, masih harus mewajibkan orang pakai PSL — sehingga karena itulah lantas ada anggaran “Tunjangan Pakaian” yang demikian besar untuk anggota dewan. Kenapa, misalnya, untuk upacara kenegaraan kita tidak boleh datang bersendal jepit dan celana pendek?

Bumi dan peradaban semakin tua. Akan tiba saatnya, kelak, busana sudah bukan urusan penting, sehingga di balik ketelanjangan lahiriah ini kita bebas membungkus tubuh dengan apa saja.

Like & Share

1 thought on “Ketika Busana Sudah Tak Penting”

  1. riva berkata:
    24 Juni 2008 pukul 14:56

    kalau menurut saya busana sangat penting, zaman sekarang aza orang yang terlalu buka-bukaan.. padahal misalkan dia seorang muslimah dia pasti tau kalau menutup aurat itu wajib bagi dia yang seorang muslimah… tapi anjuran saya juga buat yang non-muslim agar menutupi bagian2 tubuhnya juga biar g’ terlalu vulgar ‘n g mengundang kejahatan bagi yang melihatnya_ gitu aja dari saya. thank’z……

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/zE0ioByYHhs

My Instagram

windede

Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaa Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaaaa
Si bungsu udah macam anak tunggal... Si bungsu udah macam anak tunggal...
Sesi foto tiga generasi... Sesi foto tiga generasi...
Baru terima nih official photos dari graduation du Baru terima nih official photos dari graduation dua pekan yg lalu. Harus diposting dong yak, hahaha...
Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefudd Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc.
Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat, S.Ag., M.H.
Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukur Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukuran badan hehe 😁
Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓 Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Load More Follow on Instagram

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (2): Sewa Mobilnya Murah, tapi Parkir Mahal dan Susah
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (1): Bebas Pilih Destinasi, Biaya hanya Seperempat Paket Wisata
©2023 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme