“Memang mati itu urusan Tuhan, tapi janganlah dengan cara seperti ini…”
Maut bisa menjemput kapan saja. Bahkan tanpa diduga-duga. Dalam banyak kecelakaan, kematian malah datang ketika si empunya nyawa sedang tertawa-tawa, riang gembira. Proses kematian seperti ini, seringkali, membuat banyak keluarga yang ditinggalkan shock, tidak percaya, bahkan kerap mengalami depresi berkepanjangan.
Tentu saja berbeda dengan kematian yang sudah bisa “diduga”. Misalnya, pada orang yang sudah sakit keras berhari-hari, berusia uzur dan nyaris tanpa harapan hidup. Pada orang dengan kondisi seperti ini, banyak keluarga justru berdoa “berilah jalan terbaik” kepada si sakit. Kalimat “berilah jalan terbaik” itu sebenarnya adalah doa yang “halus” untuk memohon agar Tuhan menyegerakan pencabutan nyawa. “Daripada terlalu lama merasakan sakitnya.”
Maut, pada saatnya, akan menghampiri setiap kita, dalam kondisi tubuh sesehat apa pun dan situasi sekitar (lingkungan) se-safety apa pun. Terlalu banyak cara dan alasan bagi Tuhan untuk mencabut nyawa ciptaan-Nya. Termasuk seperti yang dialami aktivis HAM, Munir, yang menjemput ajal di dalam pesawat terbang.
Maka, janganlah pernah terkejut ketika maut menjemput. Sebab kematian tak pernah jauh dari hidup kita di dunia yang sungguh hanya sekejap ini.
Selamat hari Sabtu. Selamat menyongsong hari kematian, yang entah kapan, PASTI datang.
Kematian tdak harus dtakuti, tapi perlu disikapi dg persiapan mental dan amal. Tak ada yg berharga bg manusia kecuali jasa yg ditinggalkannya. Anak istri milik org lain. Harta waris boleh jadi habis dbagi. Tapi bs juga berharga bg si mati jika diwakafkan. Jasa buat org bnyak nilainya.