Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Kita Juga Sedang Menuju ke Sana

Posted on 27 September 2004

Sukma Ayu akhirnya berpulang. Setelah hampir 6 bulan melewati hari-hari penuh misteri dengan tubuh terbujur kaku dan mata terpejam, “Rohaye” tak lagi bisa main bola seperti Ronaldo. Si Tomboy pendiam ini telah hilang bersama segenap rahasia mengapa dia sampai menjadi koma. Maut memanggilnya lebih cepat, dan di alam keabadian itu, Sukma tentu saja menanti kita, yang juga sedang menuju ke sana.

Saya sebenarnya tidak sesedih ibu-ibu yang meneteskan airmata menonton infotainment yang mem-blow up kematian Sukma. Bahwa saya bersedih, itu benar. Tetapi lebih karena Sukma terlanjur berpulang sebelum menceritakan apa sesungguhnya yang ia rasakan selama tidur panjang 6 bulan di ICU itu. Pertanyaan yang sebelumnya sudah pernah saya tulis di posting terdahulu berjudul Mari Bicara tentang Mati.

Maut memang kehendak Tuhan, yang kapan pun dan dengan alasan apa pun bisa mengutus malaikat pencabut nyawa untuk memisahkan ruh dari jasad manusia. Jangankan Sukma yang sudah koma berbulan-bulan, orang yang tampak sedang baik-baik saja bisa tiba-tiba wafat. Konon, secara medis Sukma “mestinya” sudah wafat sejak berbulan-bulan yang lalu. Namun macam-macam peralatan di ICU membuat jantungnya tetap berdegub dan darah mengalir ke seluruh penjuru tubuh, sehingga ia dinyatakan hidup meskipun jasadnya “kasat mata” tak bergerak. Alat-alat medis tersebut berhasil “mengulur-ulur waktu” malaikat pencabut nyawa, yang memang sangat rasional dan baru akan “mencabut nyawa” setelah secara fisik ruh sudah tak sanggup bersemayam di dalam tubuh. Meski begitu, “penguluran waktu” hanya berlangsung sementara. Ilmu-ilmu kedokteran, yang sedemikian canggih itu, tetap tak bisa mempertahankan nyawa Sukma lebih lama.

Bayangkan betapa kompleksnya unsur-unsur kehidupan dalam tubuh kita. Sehingga meski teknologi modern membuat Sukma bisa bernapas dengan napas buatan, berdegub jantungnya dengan alat pacu dan terjaga sirkulasi darahnya berkat macam-macam mesin, Tuhan tetap memiliki teknologi yang jauh lebih dahsyat. Ketika ruh sudah dipisahkan dari jasad, tubuh dinamis kita tak lebih dari seonggok daging.

Selamat jalan Sukma. Jangan khawatir, kamu nggak akan kesepian kok, karena kami pun sedang menuju ke sana.

Like & Share

1 thought on “Kita Juga Sedang Menuju ke Sana”

  1. putry finasyah berkata:
    2 Juli 2008 pukul 14:05

    hai…! salam kenal y

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/zE0ioByYHhs

My Instagram

windede

The Cousins. Remake foto 12 tahun bocah-bocah dgn The Cousins. Remake foto 12 tahun bocah-bocah dgn sebagian sepupu Samarinda...
The Siblings (part 2). Ini remake foto 30 tahun la The Siblings (part 2). Ini remake foto 30 tahun lalu (1992). Panjang umur semuanya...
The Siblings (part 1). Remake foto kami kakak-bera The Siblings (part 1). Remake foto kami kakak-beradik 40 tahun lalu: 1982 (atas) dan 2023 (bawah). Alfatihah utk si kembar Shinta (foto atas, kedua dari kiri) yg telah berpulang lebih dulu.
Yg ini okelah buat avatar... 😇😁 Yg ini okelah buat avatar... 😇😁
Hahaha... Machine learning-nya si AI masih harus b Hahaha... Machine learning-nya si AI masih harus banyak belajar...
Lama gak posting. Sekali posting langsung ikut-iku Lama gak posting. Sekali posting langsung ikut-ikutan trend wkwkwk
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Sesekali, biar punya foto keluarga... 😎 Sesekali, biar punya foto keluarga... 😎
Udah lama gak foto bertiga... #fafiva Udah lama gak foto bertiga... #fafiva
Load More Follow on Instagram

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (2): Sewa Mobilnya Murah, tapi Parkir Mahal dan Susah
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (1): Bebas Pilih Destinasi, Biaya hanya Seperempat Paket Wisata
©2023 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme