Masa kampanye pemilu pilpres putaran dua baru saja dimulai. Gaungnya tidak semeriah kampanye putaran pertama. Mungkin selain para kandidat sudah kehabisan cara, konstituen pun tak begitu hirau lagi. Terserah mau ngomong apa dalam kampanye… ra phatékèn.
Celakanya, cara-cara kampanye yang dihasilkan ternyata semakin tidak kreatif. Gayanya begitu-begitu saja, omongannya pun ya itu-itu juga. Mereka bukan hanya perlu belajar bahasa kampanye yang lebih baik, tapi juga perlu tau bahwa sesungguhnya rakyat capek dengar mereka bicara.
Maka, adalah lebih baik kalau para capres dan tim kampanye yang sok ngintelek itu mencari kreasi kampanye yang baru dan unik. Supaya aneh, lantas digemari. Semakin aneh akan semakin digemari. Juga perlu menghindar dari hal-hal umum. Tampilkanlah sesuatu yang tidak umum, kontroversial, gila, ndak masuk akal, supaya jadi buah bibir. Anda tau kan, buah bibir? Wong bibir aja udah enak…. apalagi buahnya hehehe.
Saya sendiri tidak punya ide apa-apa, karena saya termasuk orang yang “umum-umum” saja. Saya ini ndak aneh, bukan unik apalagi gila. Saya cuma kasih saran, para capres bicara terus terang bahwa mereka mencalonkan diri karena hasrat dan ambisi pribadi. Berhentilah ngomong bahwa pencalonan itu terjadi “karena diinginkan rakyat…” atau “karena aspirasi sebagian besar penduduk Indonesia”, atau “karena didorong-dorong untuk bercalon”. Kita-kita udah ngerti kok, mereka jadi capres dan cawapres itu karena jabatan presiden memang begitu menggiurkan.
Ngomong yang jelas saja… buruan coblos gue… gitu…