Jauh sebelum para politisi gembar-gembor soal kuota 30 persen bagi perempuan di parlemen, militer dan polisi sudah lebih dulu memberi jatah bagi wanita-wanita perkasa untuk menjadi prajuritnya. Begitu pentingnya posisi polisi wanita, sampai-sampai seorang petinggi polisi pernah bilang bahwa dalam beberapa hal polwan lebih penting keberadaannya dibandingkan polpri (polisi pria hehe).
Saat ini cukup banyak misi-misi khusus diemban polwan, terutama untuk kepentingan penyelidikan kasus kejahatan. Maklum, wanita, seperkasa apa pun mereka, ditakdirkan menarik — dan dengan kemenarikan itu banyak hal bisa dimanfaatkan. Tugas-tugas penyamaran dan penyusupan, lebih sering dilakukan oleh polwan.
Polwan juga kerap menjadi semacam penyegar di tengah barisan polisi yang sangar. Banyak demonstrasi saat ini dihadapi secara preventif dengan memasang polwan di barisan terdepan. Sehingga pengunjukrasa jadi lebih “jinak” karena berhadapan dengan barisan aparat yang cantik-cantik. Mungkin konsentrasi pengunjukrasa juga terpecah; antara mengikuti orasi dengan memperhatikan polwan yang –apapun pangkatnya dan berapa pun umurnya– pasti
lebih menarik ketimbang polisi bertubuh gempal dengan kumis tebal.
Begitulah, karena kharisma wanita memang selalu laku untuk “dijual”. Lha wong majalah pria saja harus diisi cover wanita. Iklan parfum pria harus ada sosok wanita. Bahkan iklan pelumas mobil, yang urusannya dengan mesin itu, juga memajang model-model wanita.
Polwan tetaplah wanita, yang dengan keperkasaannya pasti masih menyimpan sifat-sifat feminin. Sebagai wanita, sudah takdir mereka lebih “lemah” dari pria (atau ini pandangan egois saya sebagai pria? hehehe…). Karena itu, di HUT ke 56 Polwan ini, saya turut berdoa semoga sifat-sifat “kewanitaan” para polwan menjadi penyeimbang kekasaran, kecurangan, sok dan angkuh yang kerap ditunjukkan polisi pria.
Selamat ultah ya Bu Polwan… teruslah tersenyum…