Ini bukan promosi televisi yang biasa pakai icon Anak Nongkrong itu. Samasekali bukan. Urusan anak nongkrong ini melibatkan dua oknum bayi yang malam-malam merengek minta jalan. Menarik-narik lengan mamanya, merebut kunci mobil dari kantong celana abahnya.
Itulah ulah Safa, yang tiga tahun pun belum genap, bersama adiknya Afif, yang belum 2 tahun. Dua makhluk yang setiap hari menjadi penghilang penat karena ulahnya yang lucu.
Pekan lalu, ketika malam sudah larut, keduanya tak kunjung tidur. Kebetulan ada neneknya datang dari Samarinda, sehingga ada semacam suasana baru di rumah yang biasanya hanya kami ramaikan sendiri. Kegaduhan masih dipertontonkan dua bocah lincah ini ketika waktu sudah hampir jam duabelas malam.
Hingga akhirnya saya memutuskan mengajak mereka keluar, sekalian cari-cari jajanan entah martabak atau terang bulan. Di kampung saya sini kebetulan ada tempat nongkrong 24 jam, dinamai Minggu Raya, yang memang tak pernah sepi. Tapi, membawa bayi malam-malam, selarut itu, dengan pakaian rumah, memang sungguh iseng sekali.
Di Minggu Raya, sementara mamanya memesan martabak, dua anak saya ngotot minta turun dari mobil. Sempat lari-lari sebentar di pelataran dekat air mancur, sebelum akhirnya kelelahan dan memilih duduk seperti gaya anak-anak muda. Saya keluarkan kamera, walah… malah bergaya.
Dua anak ini memang paling suka jalan. Syukurnya masih dalam batas wajar – kecuali malam itu, yang memang entah mengapa mereka gembira sekali, sampai-sampai melanggar kebiasaan waktu tidur. Apakah yang bisa membuat manusia sebelia itu gembira?
Siang tadi, ketika di bandara mengantar neneknya pulang, mereka kembali bersukacita. Seolah-olah merekalah yang akan berangkat naik pesawat. Di lounge bandara ulahnya macam-macam, dan selalu reaktif setiap kali hendak difoto. Dua-duanya punya kesadaran yang sama setiap dipotret, sehingga berusaha bergaya. Karena rebutan gaya itu pula si adik harus rela lehernya dipiting abangnya.
Yeah, begitulah. Sekali-sekali bercerita tentang anak…