Skip to content

WINDEDE.com

Menu
  • Home
  • Esai
  • Kontemplasi
  • Inspirasi
  • Perjalanan
  • Fotografi
  • Budaya
  • Politika
Menu

Sebuah Ritual bernama Gunting Bulu

Posted on 5 November 2005

Sekadar Catatan Mudik Lebaran (3)

…catatan sebelumnya

Hari masih terlalu pagi untuk bangun. Tetapi mata harus dipaksa membuka karena ternyata sebagian undangan sudah tiba. Saya bergegas ke kamar mandi melawan kantuk yang terlalu berat dengan guyuran air bak. Sebentar lagi prosesi ritual untuk Safa dan Afif akan dimulai. NamanyaGunting Bulu (gunting rambut). Dalam adat Sumbawa ritual ini perlu dilakukan untuk keberkahan anak. Sebenarnya lebih kurang sama dengan prosesi potong rambut yang dalam Islam biasa dilakukan saat tasmiyah atau pemberian nama.

Saya sempat protes ke istri kenapa acara harus dilakukan pagi-pagi sekali. Jam 7 pagi bagi saya adalah waktu di mana tidur sedang nyenyak-nyenyaknya. Tapi ya begitulah. Adat kampung bahkan membuat undangan tiba setengah jam sebelum acara. Mereka tertib dan disiplin tanpa harus diberi undangan tertulis bercatatan; mohon hadir 15 menit sebelum acara.
Inilah benda-benda pelengkap ritual Gunting Bulu dan Berodak

Seperti dugaan saya, ritual adat ini penuh dengan prosesi yang aneh-aneh. Tengoklah benda-benda pelengkap berikut; seikat dupa yang telah dibakar, sebatang lilin menyala di atas batok kelapa (dalam bahasa Sumbawa disebut Dila Malam), sepiring beras kuning bercampur rempah-rempah, satu tangkup ketan hitam dan ketan putih dihias telur ayam, kembang-kembang tujuh warna dan jenis, seperangkat sesajen berisi buah-buahan dan hasil kebun yang diikat menjadi “atap” di atas kepala – oleh orang setempat disebut Langit Pipis dan sebuah kelambu yang digantung – bernama Boco’ Ngantung.

Setelah doa puji-pujian dan salawat nabi, prosesi pertama dimulai. Saya menggendong Safa sementara Afif digendong kakeknya. Berkeliling ke sebagian orang sepuh mendekatkan kepala Safa dan Afif untuk digunting sedikit rambutnya. Potongan rambut dimasukkan ke dalam kelapa muda yang telah dipotong dengan bentuk bersegi tujuh. Di tengah prosesi tersebut seorang sepuh lain memegang sepiring bara api yang asapnya ditiupkan ke undangan. Sebagian undangan tampak agak terganggu dengan prosesi itu. Entahlah apa pula maksud di balik tiupan asap yang menyesakkan tersebut.
Afif berontak saat hendak digunting rambutnya. Kakeknya memegang dengan erat.

Kelapa muda tempat menyimpan potongan rambut. Jangan tanya bagaimana cara memotongnya.

Ritual gunting rambut berhenti di penggunting ke empat. Setelah itu Safa dan Afif harus dibawa ke bagian tengah rumah, di mana beberapa orang tua telah menunggu untuk prosesi berodak, yaitu menyapukan semacam bedak cair di wajah. Dalam adat Banjar di Kalimantan biasa disebut bapupur.

Yang bikin saya kaget, acara berodak ini ternyata diselingi ritual-ritual aneh dengan bantuan dupa dan api lilin. Sebatang lilin di atas batok kelapa (Dila Malam) yang tadinya saya kira hanya sebagai hiasan, ternyata diputar-putar di atas kepala saya dan istri yang menggendong anak-anak. Kemudian, piring berisi bara yang tadi dipakai meniup asap kepada undangan saat gunting bulu, ternyata ditiupkan secara khusus kepada Safa dan Afif. Terang saja bayi-bayi kecil saya nangis tidak karuan.

Saya juga hanya bisa menghela napas ketika kepala saya dipegang dengan telapak tangan si “dukun” sambil dia merapalkan mantra-mantra yang entah apa. Istri saya dapat giliran berikutnya.
Afif di gendongan mamanya. Menangis sejadi-jadinya diperlakukan aneh-aneh dalam ritual adat.

Begitulah. Betapa pun saya tidak sepaham dengan ritual-ritual itu, toh sebagai “tamu” saya telah meniatkan diri untuk ikut saja semua prosesi adat. Sekalian menikmati kenyataan bahwa ada sisi lain dunia di mana masyarakatnya masih begitu percaya kepada ritual-ritual seperti itu. Sesuatu yang telah lama ditinggalkan oleh orang-orang pasca era animisme.

Yeah… Inilah juga kekayaan Indonesia yang masih bisa kita nikmati sampai hari ini.

(3 Syawal 1426, …dari Raberas, Sumbawa Besar Nusa Tenggara Barat)

[bersambung ke Hunting Foto yang Tak Kunjung Jadi]

Like & Share

4 thoughts on “Sebuah Ritual bernama Gunting Bulu”

  1. Ping-balik: Hunting Foto yang Tak Kunjung Jadi at Windede dot Com
  2. Ping-balik: Sapi, Semeri dan “Topat Petikal” at Windede dot Com
  3. Ping-balik: Cialis.
  4. Taufik Arbain Banjar berkata:
    19 Oktober 2007 pukul 13:56

    Umai lah, umpat dijamak jualah kepala andika.
    Awak mun dijapai biasanya handak disuruh balawan pander atawa bakalahi.
    Pabila ka banjar oi….

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

About

 

WinDede a.k.a Erwin D. Nugroho.

Anak kampung dari pelosok Kalimantan, bermukim dan beraktivitas di belantara Jakarta. Selain menulis dan memotret, jalan-jalan adalah kegemarannya yang lain.

My Book

My Youtube

https://youtu.be/2vSExaDnOTQ

My Instagram

Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaa Sesi foto keluarga, biar ada kenangannya... #eeeaaaa
Si bungsu udah macam anak tunggal... Si bungsu udah macam anak tunggal...
Sesi foto tiga generasi... Sesi foto tiga generasi...
Baru terima nih official photos dari graduation du Baru terima nih official photos dari graduation dua pekan yg lalu. Harus diposting dong yak, hahaha...
Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefudd Terima kasih Rektor UAI Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc.
Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat Bersama Dekan Fakultas Hukum UAI Dr. Yusup Hidayat, S.Ag., M.H.
Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukur Sekali-sekali dapat predikat tertinggi selain ukuran badan hehe 😁
Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓 Alumni FH UAI angkatan 2018 👨‍🎓👩‍🎓
Alhamdulillah... Alhamdulillah...
Load More Follow on Instagram

My Tweets

    Sorry, no Tweets were found.

Arsip Blog

Posting Terakhir

  • Liburan Tipis-Tipis ke Singapura (2): Semakin Ramah bagi Turis Muslim
  • Liburan Tipis-Tipis ke Singapura (1): Tiket Pesawat Lebih Murah ketimbang Rute Domestik
  • Ogi, Amtenar Aktivis
  • Uji Bebas Covid-19
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (4): Bebas Ngebut di Jerman, Taat Speed Limit di Prancis dan Belanda
  • Nyetir Sendiri Keliling Eropa (3): Semua Urusan Dikelola Mesin, Bisa Curang Tapi Tetap Patuh
©2025 WINDEDE.com | Design: Newspaperly WordPress Theme